Perdana Menteri Malaysia Najib Razak merayakan kemenangannya bersama sejumlah pimpinan partai lainnya setelah memenangkan pemilu, di kantor pusat partainya di Kuala Lumpur, Malaysia, Senin (6/5). REUTERS/Bazuki Muhammad
TEMPO.CO, Jakarta - Ratusan ribu warga Malaysia mencurigai adanya kecurangan pada Pemilu Malaysia ke-13 yang digelar Ahad 5 Mei 2013. Mereka pun bersuara lantang di dunia virtual dengan mengajukan petisi melalui Change.org.
Dalam sehari, tercatat sudah ada 150 ribu warga Malaysia yang menandatangani petisi tersebut. Mereka menuduh telah terjadi kecurangan besar pada Pemilu dan meminta Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melakukan intervensi dan investigasi.
Penandatanganan petisi di www.change.org/GE13 itu dimulai beberapa jam setelah Koalisi Barisan Nasional (BN), partai Perdana Menteri Najib Razak, diumumkan sebagai pemenang. Petisi terus bertumbuh dengan sangat cepat.
Direktur Asia Pasifik Change.org Nick Allardice, mengatakan penandatanganan petisi sampai 1300 tanda tangan/menit, dan disebar dengan laju 1100/menit.
Usman Hamid, co-founder Change.org Indonesia juga ikut mengomentari aksi tersebut. "Ini bisa menjadi riak awal gelombang perubahan besar melalui pemanfaatan sarana digital, mirip yang kita lihat di Arab Spring. Dalam kondisi restriktif di Malaysia sekali pun, pemberdayaan masih mungkin melalui dunia digital,” kata dia dalam siaran pers, Senin, 6 Mei 2013.
Warga Kuala Lumpur Terry Kok yang memulai petisi tersebut mengatakan saat ini hanya ruang media cyber yang menjadi tempat satu-satunya bagi warga Malaysia menuntut sebuah hasil yang jujur. "Kami hanya ingin didengar. Kalau PBB meluncurkan investigasi, akan lebih banyak yang menyaksikan, dan saat kesadaran internasional tumbuh, transparansi akan mengikuti, kebenaran akan terungkap," ujarnya.
Ada pula beberapa komentar pada laman petisi tersebut di antaranya:
Marissa Voo: “Saya cinta negri saya, Malaysia. Saya tidak marah karena BN menang, saya marah karena cara mereka menang.”
Chze Aun Tan: “Demokrasi kami telah diludahi. Kedaulatan kami telah dinodai. Bangsa kami dijual oleh pimpinan kami. Demokrasi telah mati di Malaysia.” Pantau pemilu di Malaysia di sini.
Dalam akun Twitter-nya, mantan Wakil Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim menulis "Harapan yang menggunung". Setelah melalui jalan panjang, akhirnya koalisi oposisi dideklarasikan secara resmi dengan logo bertulisan "HARAPAN", yang huruf "A" keempat berupa anak panah Arjuna- tokoh dalam kisah epik Mahabarata. Dengan pilihan ini, metamorfosis Pakatan Rakyat, partai oposisi Malaysia, membayangkan pemilihan umum yang akan datang sebagai arena perang melawan Karna, yakni Barisan Nasional- partai berkuasa sekarang.