Markas besar PBB di New York merupakan salah satu hasil karya Oscar Niemeyer yang dibangun pada tahun 1949-1950. AP/Osamu Honda
TEMPO.CO, Jenewa - Tim Penyelidik Hak Asasi Manusia PBB telah mengumpulkan kesaksian dari korban perang sipil Suriah dan staf medis yang menunjukkan bahwa pasukan pemberontak telah menggunakan agen saraf sarin. Soal ini disampaikan penyelidik utama PBB, Minggu 5 Mei 2013.
Komisi Penyelidikan Independen PBB di Suriah belum melihat bukti pasukan pemerintah telah menggunakan senjata kimia, yang dilarang menurut hukum internasional, kata anggota Komisi Penyelidikan Carla Del Ponte.
"Penyelidik kami telah berada di negara-negara tetangga, mewawancarai korban, dokter, dan rumah sakit lapangan. Menurut laporan mereka pekan lalu yang saya lihat, ada dugaan kuat, kecurigaan nyata namun belum bukti tak terbantahkan dari penggunaan gas sarin, dari cara korban dirawat, " kata Del Ponte dalam sebuah wawancara dengan televisi Swiss, Italia.
"Ini adalah penggunaan oleh oposisi, pemberontak, bukan oleh otoritas pemerintah," tambahnya, berbicara dalam bahasa Italia. Del Ponte, mantan jaksa agung Swiss yang juga menjabat sebagai jaksa di Pengadilan Kriminal Internasional untuk bekas negara Yugoslavia, tak memberikan rincian tentang kapan atau di mana gas sarin itu mungkin telah digunakan.
Pemerintah Presiden Bashar al-Assad dan pemberontak saling menuduh sebagai pihak yang melakukan serangan dengan senjata kimia. Satu serangan dilaporkan terjadi di dekat Aleppo, lainnya di dekat Damaskus, di bulan Maret. Satu serangan lagi terjadi di Homs, Desember tahun lalu.
Perang saudara di Suriah ini dimulai dari protes anti-pemerintah pada Maret 2011 yang kemudian berujung pada konflik bersenjata. Konflik tersebut kini telah memasuki tahun ketiga dan menelan korban sekitar 70.000 jiwa dan memaksa 1,2 juta warga Suriah mengungsi ke luar negeri.