Pengakuan Bibi Terduga Bom Boston

Reporter

Editor

S Tri P Bud

Sabtu, 20 April 2013 09:50 WIB

Pelaku bom Boston, Dzhokhar Tsarnaev. (AP Photo/vk.com)

TEMPO.CO, Boston - Maret Tsarnaeva, bibi dari dua tersangka pemboman Boston, Tamerlan Tsarnaev (26) dan Dzhokhar (19) mengatakan dia tidak percaya keponakannya terlibat dalam kejahatan itu. Ia mengatakan FBI tidak memiliki bukti selain gambar dari dua pemuda berjalan di jalan dekat garis finish.

Tsarnaeva, yang tinggal di Toronto, mengatakan kepada CBC News melalui telepon bahwa ia belum dihubungi Anzor, kakaknya (46), yang merupakan ayah dari dua bersaudara itu.

Dzhokhar ditangkap Jumat malam setelah perburuan polisi besar-besaran, sementara Tamerlan tewas setelah sebelumnya melakukan tembak-menembak dengan polisi.

"Keponakan saya tidak ada sangkut-pautnya dengan kejahatan mengerikan di Boston itu," katanya. "Saya tahu dua keponakan saya ini anak yang cerdas dan baik. Mereka tidak memiliki motif untuk itu. Mereka tidak memiliki ide untuk melakukan tindakan keji itu."

Tsarnaeva mengatakan ia tinggal di Kanada sejak tahun 1996 dan pernah belajar di Universitas Manitoba, memperoleh gelar sarjana hukum di Kanada. Dia mengatakan dia tidak melihat keponakannya selama lima atau enam tahun.

Namun, dia mengatakan dia berbicara kepada keponakan tertua, Tamerlan 26 tahun, dua tahun lalu ketika putrinya lahir, dan kemudian setahun kemudian.

Dia mengatakan Tamerlan menikah dengan seorang wanita yang ia digambarkan sebagai seorang Kristen, dan bahwa dia tinggal di rumah mengurus putrinya sementara istrinya bekerja. Sekitar dua tahun lalu, katanya, ia menjadi lebih tertarik pada Islam, dan mulai menjalankan shalat lima kali sehari.

Tsarnaeva menyatakan dia sudah berbicara dengan seseorang di FBI pada Jumat pagi untuk memberitahu mereka bahwa dia yakin tidak ada bukti yang menunjuk dua keponakannya sebagai pelaku pemboman. Tapi ia mengaku belum dihubungi aparat sejak saat itu.

Ia menyatakan, karena koneksi Chechnya-nya, katanya, keponakannya yang menjadi target. Dia menyatakan bahwa kedua keponakannya hanya menghabiskan satu tahun di Chechnya ketika keluarga mencoba untuk kembali. "Dzhokhar masih balita pada saat itu," katanya. Setelah perang pecah, mereka pergi lagi dan akhirnya memilih Amerika Serikat sebagai tempat tinggal mereka pada tahun 2002.

CBC.CA | TRIP B


Berita terkait

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

7 Februari 2021

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

Indonesia saat ini menempati urutan ke-19 kasus sebaran Covid-19 dari 192 negara.

Baca Selengkapnya

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

6 Februari 2021

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

Bupati Sabu Raijua terpilih, Orient Riwu Kore, mengungkapkan alasannya mengikuti pemilihan kepala daerah 2020

Baca Selengkapnya

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

4 Februari 2021

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

Tim pengacara Donald Trump berkeras Senat tak cukup kuat punya otoritas untuk memakzulkan Trump karena dia sudah meninggalkan jabatan itu.

Baca Selengkapnya

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

3 Februari 2021

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

Pengacara keluarga korban Lion Air JT 610 meminta ahli waris korban Sriwijaya Air SJ 182 tidak meneken dokumen release and discharge atau R&D.

Baca Selengkapnya

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

3 Februari 2021

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

Pada 2019 grup otomotif menyumbang sekitar sepersepuluh dari pasar semikonduktor senilai 429 miliar dolar Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

30 Januari 2021

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

Imigran dari Suriah mendapat kelonggaran aturan sehingga mereka bisa tinggal di Amerika Serikat dengan aman sampai September 2022.

Baca Selengkapnya

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

30 Januari 2021

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

Tutorial pembuatan bom ditemukan di rumah anggota kelompok ekstremis Proud Boys, Dominic Pezzola, yang didakwa terlibat dalam kerusuhan US Capitol

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

29 Januari 2021

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

Pemerintah Amerika Serikat mengecam pembebasan pembunuh jurnalis Wall Street, Journal Daniel Pearl, oleh Mahkamah Agung Pakistan.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

29 Januari 2021

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

Pemerintah Amerika Serikat kini mengizinkan dokter dan perawat yang sudah pensiun untuk memberikan suntikan vaksin Covid-19

Baca Selengkapnya

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

27 Januari 2021

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Aviv Kochavi mengatakan hal yang salah jika AS kembali ke perjanjian nuklir Iran

Baca Selengkapnya