Nilai Perdagangan Senjata Dunia Turun

Reporter

Editor

Abdul Manan

Senin, 18 Februari 2013 22:22 WIB

Siluet tentara Israel di atas tank, bersiap meninggalkan perbatasan Jalur Gaza, pada pagi hari usai kesepakatan gencatan senjata antara Palestina dan Israel (22/11). REUTERS/Yannis Behrakis

TEMPO.CO, Stockholm - Perkembangan konflik di dunia dan turunnya anggaran militer sejumlah negara menyebabkan angka perdagangan senjata dunia pada 2011 turun. Menurut studi Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI), yang hasilnya dipublikasikan kemarin, penurunannya sekitar lima persen dibanding tahun sebelumnya.


SIPRI adalah lembaga internasional independen yang berkantor pusat di Stockholm, Swedia, dan meneliti soal konflik dan kontrol persenjataan. Menurut lembaga ini, nilai perdagangan senjata dan penyediaan jasa militer dari 100 perusahaan top yang ada dalam daftarnya mencapai US$ 410 miliar pada 2011. Perkembangan ini juga berkebalikan dengan perdagangan rata-rata sejak 2002 di mana penjualan senjata oleh sekitar 100 perusahaan top bidang militer yang meningkat 51 persen.


Peneliti SIPRI Susan Jackson mengatakan tren penurunan dimulai sejak pertengahan 1990-an ketika belanja pertahanan mulai merosot setelah perang dingin berakhir. Nilai perdagangan itu kembali naik pada 2000-an sebelum akhirnya melambat pada 2010. Saat itu hanya terjadi pertumbuhan satu persen, turun jauh dari tahun 2009 yang mencapai delapan persen. Penurunan dimulai setelah pasukan asing mulai ditarik dari Irak.


Dari data yang dimliki SIPRI, perusahaan industri militer yang berkantor pusat di Amerika Utara dan Eropa Barat masih terus mendominasi daftar 100 perusahaan itu. Namun, perusahaan penyuplai kebutuhan militer asal Cina tak masuk dalam daftar SIPRI karena kurangnya data yang dimiliki. Sebanyak 11 produsen senjata yang berbasis di Amerika menguasai 60 persen dari total penjualan senjata. Sebanyak 30 perusahaan yang berbasis di Eropa Barat menguasai 29 persen penjualan.


Ada beberapa faktor yang berkontribusi terhadap penurunan penjualan senjata ini. "Adanya kebijakan penghematan dan penurunan secara riil pengeluaran militer serta penundaan dalam program pengadaan senjata mempengaruhi penjualan secara keseluruhan perdagangan senjata di Amerika Utara dan Eropa Barat," kata SIPRI dalam siaran persnya kemarin.


Advertising
Advertising

Perkembangan di wilayah konflik, khususnya penarikan tentara dari Irak dan Afghanistan serta sanksi embargo senjata ke Libya, juga berperan dalam penurunan penjualan senjata. Larangan penjualan senjata ke Libya dilakukan oleh Dewan Keamanan PBB pada Februari 2011 lalu setelah Presiden Libya Muammar Qadafi dianggap melanggar HAM saat menghadapi pemberontakan di negaranya.


Perusahaan-perusahaan itu tidak kehabisan strategi menghadapi penurunan angka perdagangan ini. Menurut Susan Jackson, ada perusahaan yang berfokus mengejar pasar yang sangat khusus di militer, sementara yang lain melakukan perampingan atau diversifikasi ke pasar yang berdekatan. Sejumlah perusahaan juga telah mendirikan anak perusahaan di luar negeri untuk mengakses aliran pendapatan baru di Amerika Latin, Timur Tengah, dan Asia.


Menurut SIPRI, tren terbaru yang dilakukan perusahaan-perusahaan itu adalah melakukan diversifikasi usaha ke jasa pengamanan di dunia cyber (cybersecurity), yang spesialisasinya melindungi komputer dan jaringan dari penyusupan dan serangan. "Diversifikasi ke cybersecurity memungkinkan produsen senjata memperluas pelanggan sipil mereka, misalnya untuk menyasar lembaga pemerintah atau operator swasta yang menangani infrastruktur penting, dan pada saat yang sama mengembangkan kompetensi teknis dalam bidang perang elektronik untuk pasar militer," kata dia.


REUTERS | SIPRI | ABDUL MANAN

Berita terkait

35 Kota Swedia Bersedia Terima Kembali 230 Eks ISIS dan Keluarga

9 April 2019

35 Kota Swedia Bersedia Terima Kembali 230 Eks ISIS dan Keluarga

Swedia akan menerima sekitar 150 eks militan ISIS dan istri mereka, bersama 80 anak-anak setelah ISIS tumbang di Baghouz, Suriah.

Baca Selengkapnya

Hilang pada 1945, Pasangan Ini Ditemukan 75 Tahun Kemudian

19 Juli 2017

Hilang pada 1945, Pasangan Ini Ditemukan 75 Tahun Kemudian

Jenazah pasangan suami istri yang hilang di Pegunungan Alpen sejak 75 tahun lalu, ditemukan terdampar di kawasan gletser di Swiss.

Baca Selengkapnya

Warga Swedia Liburan ke Luar Negeri Dua Kali Setahun

22 Mei 2017

Warga Swedia Liburan ke Luar Negeri Dua Kali Setahun

Indonesia belum banyak dikenal warga Swedia.

Baca Selengkapnya

Tiba di Indonesia Raja Swedia Tenteng Koper Sendiri

21 Mei 2017

Tiba di Indonesia Raja Swedia Tenteng Koper Sendiri

Ke Indonesia menggunakan pesawat komersial, Raja Carl XVI Gustaf dan Ratu Silvia akan ke Bandung naik kereta api dari Jakarta.

Baca Selengkapnya

Raja Swedia Penasaran dengan Keberagaman Budaya Indonesia

21 Mei 2017

Raja Swedia Penasaran dengan Keberagaman Budaya Indonesia

Raja Swedia Carl XVI Gustaf dan Ratu Silvia berkunjung ke Indonesia 21-24 Mei 2017.

Baca Selengkapnya

Mengunjungi Royal Palace, Istana Kerajaan Swedia  

21 Mei 2017

Mengunjungi Royal Palace, Istana Kerajaan Swedia  

Mengunjungi Royal Palace, Istana Kerajaan Swedia tempat berkantornya Raja Carl XVI Gustaf yang akan berkunjung ke Indonesia besok.

Baca Selengkapnya

Raja dan Ratu Swedia Kunjungi Pusat Penelitian di Bogor

21 Mei 2017

Raja dan Ratu Swedia Kunjungi Pusat Penelitian di Bogor

Pimpinan monarki Swedia, Raja Carl XV Gustaf dan Ratu Silvia, rencananya akan tiba di Indonesia besok atau Senin, 22 Mei 2017.

Baca Selengkapnya

Berkunjung ke Indonesia, Raja Swedia Bahas Kerjasama 4 Sektor Ini

18 Mei 2017

Berkunjung ke Indonesia, Raja Swedia Bahas Kerjasama 4 Sektor Ini

Bagas Hapsoro mengatakan salah satu kerja sama yang akan dijalin dalam kunjungan Raja Swedia Carl XVI Gustaf terkait bidang riset dan teknologi.

Baca Selengkapnya

Qatar Meresmikan Masjid Terbesar di Skandinavia

5 Mei 2017

Qatar Meresmikan Masjid Terbesar di Skandinavia

Masjid ini sanggup menampung 2.000 jamaah.

Baca Selengkapnya

Swedia Tahan Sopir Truk, Diduga Teroris

8 April 2017

Swedia Tahan Sopir Truk, Diduga Teroris

Pihak berwajib juga menahan pria kedua lantaran memiliki kaitan dengan tersangka.

Baca Selengkapnya