Sejumlah pengunjuk rasa Anti-Israel melakukan aksinya di depan gedung Konsulat Israel di Istanbul, Turki, (16-11). Mereka meprotes atas keras atas serangan Israel ke Palestina. REUTERS/Osman Orsal
TEMPO.CO, Jakarta - Sekelompok peretas anonim yang menamakan dirinya Anonymous, mendeklarasikan perang cyber terhadap Israel. Mereka mengunggah data 5.000 pegawai pemerintah Israel ke laman web.
Kelompok ini menggunakan situs www. Anonpaste.me untuk mengirim pesan kepada pemerintah Israel, sebelum menautkan halaman berisi nama, nomor identitas, dan e-mail pribadi milik 5.000 pegawai pemerintah itu.
Pesan itu berbunyi: "Kami menyadari bahwa pemeritah Israel telah berulang-ulang mengabaikan peringatan berkaitan dengan pelanggaran hak asasi manusia, mematikan sambungan internet di dalam negerinya, serta memperlakukan warga negaranya dan negara-negara tetangganya dengan tidak baik." Mereka juga mengatakan, "Pemerintah Israel ini adalah/akan menjadi sebuah perang cyber."
Sebelumnya, kelompok yang sama juga meretas lebih dari 700 laman milik pemerintah Israel, termasuk situs milik Bank of Jerusalem, situs dan blog milik Kementerian Pertahanan Israel, dan laman resmi Presiden Israel. Sebagian besar situs yang diretas itu hingga kini belum diaktifkan kembali.
Menteri Keuangan Israel, Yuval Steinitz, membenarkan adanya serangan daring terhadap negaranya. Menurutnya, pemerintah Israel saat ini tengah berperang di "lapisan kedua". Dalam empat hari terakhir, Israel telah "menghalau 44 juta serangan cyber terhadap situs-situs milik pemerintah," kata Steinitz.
AP | PHILIPUS PARERA
Berita Terkait Lainnya:
AS-Inggris Peringatkan Risiko Perang Darat Israel Militer Israel Siapkan Operasi Bawah Tanah Dari Bunderan HI, Aksi Gaza ke Kedutaan Amerika Anak Yatim Aceh pun Menyumbang untuk Palestina Rusia Tak Yakin Iran akan Serang Israel
Setelah lama tenggelam oleh berita Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dan sengkarut Timur Tengah, kisruh Palestina-Israel kini kembali menjadi pusat perhatian dunia. Setiap hari sejak 14 Juli, warga Palestina di Yerusalem Timur dan Tepi Barat berdemonstrasi menentang pemasangan detektor logam di pintu-pintu masuk ke kompleks Masjid Al-Aqsa (Al-Haram Al-Syarif). Palestina memandangnya sebagai upaya Israel untuk mengontrol tempat suci tersebut.