TEMPO.CO , Washington - Richard Grenell, mantan juru bicara calon presiden Amerika Serikat Mitt Romney, buka suara. Pria yang pernah menjadi berita utama tahun ini setelah ia mengaku sebagai seorang gay dan mengundurkan diri sebagai juru bicara ini mengaku mundur atas kemauan sendiri, bukan paksaan. Dia lengser setelah kurang dari dua minggu menduduki posisinya.
Meski menyanggah dipaksa keluar, Grenell mengakui ia bak kerikil bagi kubu kanan dan kiri politik AS.
Dalam wawancara dengan The Sun Desert, ia menyatakan berada dalam posisi yang sulit kala itu. "Kubu kiri tidak ingin seorang gay menjadi konservatif dan ekstrem kanan tidak ingin seorang konservatif menjadi gay. Beberapa mulai melontarkan komentar penuh kebencian dan kejam serta komentar tidak toleran," katanya.
Ia menyebut, kubu kirilah yang paling lantang bersuara mengkritisinya. Ia lalu mengutip komentar Bryan Fischer dari American Family Association yang menyebut pengunduran diri Grenell itu sebuah "kemenangan besar bagi kami."
Grenell mengatakan semua publisitas tentang dia sebagai staf Romney yang gay mengaburkan pesan yang ia coba sampaikan. "Saya bergabung bukan karena saya gay. Tapi karena saya sangat bergairah tentang kebijakan luar negeri dan isu keamanan nasional," katanya. namun ketika dia diserang untuk hal yang lain, "Tak ada pilihan selain menyingkir."
Romney, katanya, menghargai orientasi seksualnya. Bahkan, secara terbuka pernah menyebutnya "mampu untuk tugasnya", walau sebetulnya, ia lebih pas dengan Obama terkait pendirian soal pernikahan sesama jenis.
"Saya pikir saya seperti kebanyakan orang Amerika bahwa kita di multi-dimensi. Kami memiliki pandangan yang bervariasi dan kita tidak nyaman di sebuah kotak satu dimensi yang baik media atau beberapa ekstremis kiri atau kanan ingin membuat kita demikian," katanya.