TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Inggris David Cameron memuji transformasi politik Indonesia. Dalam pidato yang disampaikan di hadapan Menteri Pendidikan Muhammad Nuh dan jajaran civitas academica Universitas Islam Al Azhar, Jakarta, Cameron menegaskan transformasi sistem pemerintahan diktator menjadi sistem pemerintahan demokratis di Indonesia yang berlangsung hanya dalam beberapa tahun, melampui proses perubahan di Inggris yang harus berlangsung ratusan tahun.
“Saya salut dengan Anda,” kata Cameron dalam bahasa Indonesia yang fasih. Cameron pun mengakui kemajuan pesat Indonesia dalam perekonomian dunia. “Saya membawa delegasi berisi 30 pengusaha, terbesar yang pernah saya bawa. Ini untuk membangun pekerjaan dan hubungan ekonomi yang lebih baik di antara kedua negara,” ujarnya.
Kesuksesan pembangunan politik dan ekonomi Indonesia, menurut Cameron, menjadi bukti nyata bagi negara-negara di seluruh dunia bahwa perubahan menuju arah lebih baik dapat terjadi. “Indonesia menjadi bukti nyata terutama bagi negara-negara di kawasan Arab yang baru mengalami revolusi dalam pemerintahannya,” tutur dia disambut tepuk tangan meriah dari hadirin.
Namun Cameron mengingatkan agar Indonesia tidak lengah terhadap empat kelompok yang dapat mengancam demokrasi, yakni pemerintah otoriter, penguasa yang korup, kelompok ekstremis, serta kelompok yang menghargai latar belakang dan ras.
"Saya harus menegaskan bahwa ekstremisme tidak hanya berasal dari umat Islam. Islam adalah agama yang mengajarkan perdamaian dan sudah dilaksanakan oleh miliaran penganutnya. Tapi terdapat masalah di seluruh dunia ketika ekstremis Islam memaksakan pandangan politiknya,” ucap Cameron.
Indonesia, menurut Cameron, menjadi contoh nyata bagi negara muslim lain di dunia dalam mengatasi ekstremis. “Indonesia juga membuktikan ternyata demokrasi dan Islam dapat berjalan seiring sejalan. Indonesia bisa menjadi pemimpin dunia karena peran Anda sangat penting untuk berbagi pengalaman dengan negara lain yang tengah menghadapi persoalan serupa,” ujar dia.
Seusai pidato, Cameron bersama delegasinya langsung menuju Bandara Halim Perdanakusumah menuju Malaysia. Di negara jiran tersebut Inggris akan mempromosikan sektor pendidikan. Keesokan harinya Cameron terbang ke Myanmar untuk bertemu Ausng San Suu Kyi dan Presiden Thein Sein. Ia menjadi pemimpin negara Barat pertama yang mengunjungi negara tersebut usai pemilu sela parlemen awal April lalu.
SITA PLANASARI A
Berita terkait
Jaga Persatuan, AHY Ajak Biasakan Ucapkan Terima Kasih dan Maaf
29 Juli 2017
Mantan calon gubernur DKI Jakarta, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) mengajak masyarakat membiasakan mengucap terima kasih dan maaf dalam beriteraksi.
Baca SelengkapnyaDeklarasi WCF 2016 Jadi Agenda Pembangunan Dunia
13 Oktober 2016
Sektaris Jenderal UNESCO, Irin Bokova, mengatakan simposium WCF harus dijadikan refleksi global.
Baca SelengkapnyaPemerintah Kirim 50 Pegiat Budaya ke Selandia Baru
12 Oktober 2016
Wakil Rektor Auckland University of Technology, Professor Nigel Hemmington, berharap kerja sama tersebut terus berlanjut.
Baca SelengkapnyaBudayawan Tegur Jokowi Soal Infrastruktur Kebudayaan
23 Agustus 2016
Para budayawan menilai, Presiden Joko Widodo sudah lupa dengan program-program pembangunan kebudayaan.
Baca SelengkapnyaBeri Kuliah Umum di UI, Begini Nostalgia Sri Mulyani
26 Juli 2016
Bekal ilmu dan pengetahuan di UI sangat membantunya memahami masalah dengan obyektif dan akurat.
Baca SelengkapnyaSri Mulyani Beri Kuliah Umum Soal Pemuda di UI Siang Ini
26 Juli 2016
Sri Mulyani akan memberikan kuliah umum di Universitas Indonesia siang ini.
Baca SelengkapnyaJJ Rizal: Orang Indonesia itu Tegas, Toleran, Setia Kawan
30 Desember 2015
Sejarawan JJ Rizal mengatakan saat ini Indonesia mengalami defisit "orang Indonesia"
Baca SelengkapnyaGus Mus: Konsep Agama, Tuhan dan Indonesia Perlu Diteliti Ulang
28 Agustus 2015
Gus Mus khawatir jangan-jangan pandangan orang-orang selama ini terhadap Tuhan dan agama itu ternyata keliru.
Baca SelengkapnyaGus Mus: Anggota DPR dan Para Pimpinan Harus Jadi Manusia Dulu
28 Agustus 2015
Gus Mus mengatakan, ada orang yang menganggap manusia adalah yang seperti dirinya sendiri sehingga sama saja menganggap yang lain bukan manusia.
Baca SelengkapnyaMenistakan Pidato
27 Agustus 2015
Akhirnya mengaku, saya adalah pengarang yang diam-diam gemar "dipaksa" menerima order menulis pidato, sejak 1980-an.
Baca Selengkapnya