TEMPO Interaktif, Kairo - Mesir menarik duta besarnya dari Israel setelah lima tentaranya tewas saat terjadi baku tembak antara militer Israel dan pejuang Palestina, Sabtu, 20 Agustus 2011. Menurut pemerintah sementara Mesir, penarikan itu dimaksudkan sebagai protes terhadap sikap prajurit Israel yang dinilai sembrono.
Mesir juga mengutuk Israel atas insiden yang turut melukai tujuh tentaranya dan menuntut investigasi terhadap kasus ini. "Duta Besar Mesir untuk Israel ditarik sampai kami diberi tahu hasil investigasi oleh Israel," demikian pernyataan kabinet Mesir.
Tentara Mesir tewas saat militer Israel memburu pejuang Palestina yang menyeberang perbatasan dari Semenanjung Sinai ke selatan Israel. Mereka diburu karena membunuh delapan tentara Israel, Kamis lalu, dalam serangan paling mematikan yang dialami negara itu selama tiga tahun terakhir. Militer Israel juga terus mengebom Jalur Gaza sebagai aksi balas dendam.
Selain mengutuk, Mesir menuntut pemimpin Israel meminta maaf. Menurut kabinet Mesir, Israel telah melanggar kesepakatan damai 1979 di antara kedua negara dan melalaikan tanggung jawabnya dalam melindungi perbatasan sehingga penembakan terjadi. Karena itu, Israel harus bertanggung jawab.
Menanggapi hal ini, seorang pejabat senior pertahanan Israel mengatakan negaranya telah menggelar investigasi. Pejabat yang merahasiakan identitasnya itu juga mengungkapkan bahwa Perdana Menteri Benjamin Netanyahu tengah berkonsultasi dengan menterinya tentang tanggapan yang akan diberikan.
Israel tampaknya berhati-hati dalam kejadian ini. Pasalnya, hubungan antara Mesir dan Israel tak lagi mesra sejak jatuhnya rezim Husni Mubarak. Apalagi Mesir terang-terangan mengabaikan kepentingan Israel dengan memfasilitasi bersatunya dua kelompok pejuang, Hamas dan Fatah, untuk membentuk negara Palestina berdaulat.
Meskipun berhati-hati terhadap Mesir, negara Zionis itu terus membombardir sejumlah target di Jalur Gaza hingga kemarin pagi. Kantor berita Palestina, Ma'an, melaporkan bahwa serangan yang berlangsung sejak Jumat lalu telah menewaskan 15 warga Palestina dan sedikitnya satu orang anak.
AP | HERALDSUN |REUTERS | JERUSALEMPOST | SUNARIAH
Berita terkait
Mesir Blokir Situs Human Right Watch karena Rilis Penyiksaan Bui
8 September 2017
Mesir memblokir situs Human Rights Watch sehari setelah organisasi tersebut merilis laporan tentang penyiksaan sistematis di penjara negara itu
Baca SelengkapnyaMesir Pulangkan 2 Mahasiswa Indonesia Setelah Ditahan Satu Bulan
31 Agustus 2017
Pada 30 Agustus 2017, Kedutaan Besar RI di Kairo menerima informasi dari kantor pusat Imigrasi Mesir bahwa pemerintah Mesir menyetujui pemulangan.
Baca SelengkapnyaPPMI: Mesir Tahan 2 Mahasiswa Asal Sumatera Barat
10 Agustus 2017
Presiden Persatuan Pelajar dan Mahasiswa Indonesia (PPMI) Mesir Pangeran Arsyad Ihsanul Haq mengatakan 2 mahasiswa Sumatera Barat ditahan polisi Mesir
Baca SelengkapnyaMesir Punya Pangkalan Militer Terbesar di Timur Tengah dan Afrika
24 Juli 2017
Pangkalan militer Mesir terbesar di Timur Tengah dan Afrika berlokasi di kota El Hammam, di sebelah barat Alexandria.
Baca SelengkapnyaBeri Anak Nama Asing, Orang Tua di Mesir Terancam Dibui
15 Juni 2017
Para orang tua di Mesir terancam dipenjara hingga enam bulan lamanya jika memberi nama asing atau Barat kepada bayi mereka.
Gerombolan Bertopeng Tembaki Bus Umat Kristen Koptik, 28 Tewas
27 Mei 2017
Gerombolan pria bersenjata, bertopeng, dan berseragam militer menyerang bus yang mengangkut umat Kristen Koptik Mesir, 23 orang tewas.
Baca SelengkapnyaTuduh Seorang Pendakwah Murtad, Rektor Al Azhar Dipecat
8 Mei 2017
Rektor Universitas Al-Azhar Ahmed Hosni Taha dipecat karena melabeli seorang pendakwah dengan istilah murtad
Baca SelengkapnyaMesir Membebaskan Pemimpin Ikhwanul Muslimin Hassan Malek
6 Mei 2017
Malek yang menjalani tahanan rumah sekjak Oktober 2015.
Baca SelengkapnyaMesir Menyambut Baik Zona Aman di Suriah Usulan Rusia
5 Mei 2017
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mendukung zona damai sebagaimana disampaikan Putin kepada Trump.
Baca SelengkapnyaSeniman Mesir Menulis Quran Terbesar di Dunia
4 Mei 2017
Saad Mohammed asal Mesir membutuhkan waktu tiga tahun untuk menulis Al Quran terbesar di dunia.
Baca Selengkapnya