Demonstran Mendesak G-20 Dibubarkan  

Reporter

Editor

Jumat, 12 November 2010 07:01 WIB

AP/Yonhap News Agency
TEMPO Interaktif, Seoul-Toshsiko Sogame, 64 tahun, repot-repot dari Jepang terbang ke Korea Selatan untuk melakukan demo. “Saya di sini menyuarakan revisi undang-undang imigrasi yang mendiskriminasi orang asing,” ujar Sogame kemarin sembari mengibarkan bendera bertuliskan bahasa Jepang. Para pedagang kaki lima, yang komplain atas hilangnya usaha akibat ketatnya pengamanan Konferensi Tingkat Tinggi G-20, ikut bergabung.

Polisi Korea Selatan bersiap akan kemungkinan kekerasan bila ratusan pemrotes nekat menerobos selama pawai mereka di ibu kota dan bentrok dengan pasukan antihuru-hara dekat lokasi KTT. Berdasar aturan keamanan khusus untuk G-20, semua demonstrasi dilarang dalam radius 2 kilometer dari lokasi.

Pengamanan memang ketat. Maklum, 20 kepala negara atau kepala pemerintahan kemarin dan hari ini menggelar KTT G-20 (grup 20 negara) di Seoul, Korea Selatan. Amerika Serikat berupaya menopang dukungan mengatasi masalah ekonomi global, meskipun pertemuan antara negara-negara maju dan berkembang tampaknya hanya akan mencapai sedikit substansi.

Berjuang memulihkan kesatuan mengatasi krisis global dua tahun lalu, Grup 20 negara kaya dan berkembang ingin KTT ini bisa meredakan ketegangan akibat nilai mata uang, hasil dari ketidakseimbangan antara negara-negara eksportir yang kaya uang kontan dan negara importir yang terlilit utang. Namun, di balik layar, para negosiator bertengkar mengenai bahasa dalam deklarasi akhir yang akan diumumkan pada penutupan KTT hari ini. Versi final mungkin tidak jauh dari kesepakatan yang dicapai para menteri keuangan G-20 bulan lalu. Tetapi masih sulit untuk menyepakati pada naskahnya.

“G-20 telah mencegah kapal dari karam, kami telah mengangkatnya cepat, namun tidak semua mesin bekerja dengan kekuatan penuh. G-20 harus menunjukkan bahwa ini memang forum utama yang dibutuhkan untuk kerja sama ekonomi global,” ujar Presiden Komisi Eropa Jose Manuel Barroso.

Yang menjadi iritasi utama pada seluruh pertemuan itu adalah rencana bank sentral Amerika Serikat menggelontorkan pasar dengan membeli bond senilai US$ 600 miliar untuk menghidupkan kembali perekonomian. Mantan gubernur bank sentral, Alan Greenspan, menilainya seperti mengaduk panci, mengatakan Amerika Serikat sedang mengejar sebuah kebijakan dari pelemahan dollar.

“Amerika tidak akan pernah melakukan hal itu,” kata Menteri Keuangan Timothy Geithner dalam sebuah wawancara dengan CNBC, Rabu lalu. “Kami tidak akan pernah mencoba melemahkan mata uang kami sebagai alat untuk mendapatkan keuntungan kompetitif atau buat menumbuhkan ekonomi.”

Geithner sekali lagi mengkritik kebijakan mata uang Cina bahwa perekonomian terbesar kedua dunia itu berisiko memicu tekanan inflasi. Cina sebelumnya melaporkan bahwa inflasi harga konsumen telah mencapai angka tertinggi pada Oktober dalam 25 bulan terakhir.

Namun Rusia menyatakan “sangat khawatir akan upaya yang dilakukan sejumlah negara mengambil keputusan-keputusan unilateral untuk melemahkan mata uang mereka” demi merangsang pertumbuhan. “Kami yakin tindakan itu menimbulkan ketegangan pelaku pasar dan volatilitas mata uang utama, mendorong kecemasan perang mata uang global,” kata seorang sumber yang dekat ke delegasi Rusia.

“Dalam sebuah cara yang bijak dan stabil, kami ingin memastikan kita menggenjot tingkat pertumbuhan di dalam dan luar negeri,” ujar Presiden Amerika Serikat Barack Obama, yang menggelar konferensi pers bersama Presiden Korea Selatan Lee Myung-bak. “Sulit dilakukan bila kita mulai melihat meruyaknya ketidakseimbangan besar yang membantu berkontribusi kepada krisis yang ingin kita akhiri.”

Sebanyak 20 poin pernyataan setelah pertemuan puncak bisnis di perhelatan itu mendesak G-20 mengambil langkah nyata mendukung perdagangan bebas (FTA), penguatan investasi asing, memfasilitasi pertumbuhan ramah lingkungan, meningkatkan usaha kecil-menengah (UKM), serta meningkatkan efisiensi energi dan lapangan kerja anak muda. Pertemuan bisnis itu diikuti para bos dari 120 perusahaan utama dari 34 negara maju dan negara berkembang, dengan total pasar lebih dari US$ 4 triliun per tahun.

Kantor berita Yonhap melaporkan, di luar meja-meja sidang, ratusan orang dari serikat buruh, kelompok sipil, dan aktivis internasional menggelar protes. Mereka menentang G-20 sambil mengacungkan poster “Tolak FTA, Stop G-20, Hentikan Rakyat Membayar Krisis, Tarik Tentara dari Afganistan”, dan lainnya. Protes berlanjut hari ini.

Reuters | AP | Bernama | CNN | Dwi Arjanto


Berita terkait

Sri Mulyani: Ekonomi Global hingga Akhir Tahun Masih Diliputi Ketidakpastian

15 Desember 2023

Sri Mulyani: Ekonomi Global hingga Akhir Tahun Masih Diliputi Ketidakpastian

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan kondisi perekonomian global masih diliputi ketidakpastian sampai dengan akhir tahun ini.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani: Perekonomian Dunia Akan Terus Tertekan hingga 2023, Indonesia Resilient

21 Oktober 2022

Sri Mulyani: Perekonomian Dunia Akan Terus Tertekan hingga 2023, Indonesia Resilient

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia terus menurun.

Baca Selengkapnya

Ancaman Resesi Global 2023, Luhut: Kita Harus Kompak Hadapi Keadaan

28 September 2022

Ancaman Resesi Global 2023, Luhut: Kita Harus Kompak Hadapi Keadaan

Luhut Binsar Panjaitan meminta Indonesia harus kompak menghadapi ancaman resesi global 2023.

Baca Selengkapnya

Ekonomi Dunia Makin Tak Pasti, Pasar Saham Dinilai Paling Rentan

17 Februari 2020

Ekonomi Dunia Makin Tak Pasti, Pasar Saham Dinilai Paling Rentan

Pasar saham menjadi yang paling rentan terpengaruh oleh dinamika perekonomian global yang diliputi ketidakpastian sejak awal 2020.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Sebut Perekonomian Global Masih Konsisten Melemah

24 September 2019

Sri Mulyani Sebut Perekonomian Global Masih Konsisten Melemah

Sri Mulyani mengatakan data tersebut menyiratkan bahwa sektor pertambangan memang mengalami tekanan yang sangat dalam pada tahun ini.

Baca Selengkapnya

Core: Perekonomian Dunia Hingga Akhir 2019 akan Tumbuh Lambat

30 Juli 2019

Core: Perekonomian Dunia Hingga Akhir 2019 akan Tumbuh Lambat

Core menyatakan kondisi perekonomian dunia hingga akhir 2019 diperkirakan tumbuh lebih lambat dibanding 2018.

Baca Selengkapnya

IMF Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Jadi 3,3 Persen

10 April 2019

IMF Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Jadi 3,3 Persen

IMF memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomiglobal 2019 sebanyak 0,2 persen dari angka dikeluarkan pada Januari lalu.

Baca Selengkapnya

Jokowi Cerita Saat Presiden Bank Dunia Tak Punya Saran untuk RI

27 Agustus 2018

Jokowi Cerita Saat Presiden Bank Dunia Tak Punya Saran untuk RI

Presiden Jokowi mengatakan Indonesia mesti mengandalkan kemampuannya sendiri agar aman dari dampak ketidakstabilan ekonomi dunia"Saya tanya langsung gimana kira-kira prospek pertumbuhan ekonomi maupun keadaan ekonomi global secara umum, apa saranmu kepada Indonesia? Dia ngomong tidak punya saran, semuanya sulit diprediksi. Ya artinya menurut saya internal kita sendiri yang harus diperbaiki," kata Jokowi saat menerima anggota Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia di Istana Merdeka, Jakarta, Senin, 27 Agustus 2018.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Ungkap 3 Tren yang Pengaruhi Perekonomian Dunia

17 Juli 2018

Sri Mulyani Ungkap 3 Tren yang Pengaruhi Perekonomian Dunia

Sri Mulyani menyatakan Indonesia siap menghadapi kondisi perekonomian global tersebut.

Baca Selengkapnya

Ketua IMF Ingatkan Suramnya Perekonomian Dunia 2019

12 Juni 2018

Ketua IMF Ingatkan Suramnya Perekonomian Dunia 2019

IMF memprediksi perekonomian dunia tahun depan hanya tumbuh 3,9 persen.

Baca Selengkapnya