TEMPO.CO, South of Mosul - Petugas keamanan Irak menahan 1.400 orang yang diduga istri dan anak-anak milisi ISIS setelah pasukan pemerintah berhasil mengusir kelompok bersenjata tersebut di salah satu kawasan yang mereka kuasai.
Hampir seluruhnya berasal dari Turki. Di antara mereka sebagia besar berasal dari bekas pecahan Uni Soviet yakni Tajikistan, Azerbaijan dan Rusia.
Baca: Mosul Bebas Dari ISIS, Pemimpin Dunia Ucapkan Selamat Kepada Irak
"Sedangkan yang lain dari negara-negara di Asia, Prancis dan Jerman," kata pejabat intelijen Irak.
Saat ini, mereka ditahan di sebuah kamp di selatan Mosul, Irak. Menurut pejabat intelijen, mereka datang ke Irak sejak 30 Agustus 2017 ketika pasukan Irak mengusir ISIS keluar dari Mosul.
Baca: ISIS Terusir dari Mosul, Militer Amerika Bertahan di Irak
Salah seorang petugas intelijen yang tak bersedia disebutkan namanya mengatakan, mereka masih memverifikasi asal usul kewarganegaraannya sejak perempuan dan anak-anak itu tidak memiliki dokumen warga negara.
Kantor berita berita Reuters menulis, ini adalah jumlah paling besar warga asing yang ditahan oleh petugas keamanan Irak terkait dengan ISIS sejak mereka menyerbu Mosul di utara Irak akhir tahun lalu.
"Kami menahan keluarga ISIS dengan penjagaan keamanan sangat ketat dan menunggu hasil kesepakatan pemerintah dengan ISIS," kata Kolonel Ahmed al-Taie dari Komando Operasi Nineveh Mosul.
"Kami memperlakukan mereka dengan baik. Mereka adalah keluarga kelompok penjahat yang membunuh orang-orang tak berdosa dengan tangan dingin. Tetapi ketika mereka kami interograsi, kami mendapat pengakuan bahwa mereka disesatkan oleh propaganda ISIS," ucapnya.
REUTERS | CHOIRUL AMINUDDIN