TEMPO.CO, Beijing - Korea Utara ternyata berhasil mengembangkan senjata nuklir setelah mempelajari teknologi nuklir dan berbagai sistem senjata dari Cina. Kebijakan ini dengan terang-terangan melanggar sanksi Perserikatan Bangsa-Bangsa yang dikeluarkan pada 2016.
Penyelidikan terbaru yang dilakukan oleh media Amerika, Wall Street Journal, menyebutkan program pertukaran pelajar kedua negara itu berperan penting dalam meningkatkan kemampuan teknis Pyongyang untuk mengembangkan program senjata nuklir kontroversialnya. Ini terlihat dengan melonjaknya jumlah mahasiswa bergelar doktor dari 354 orang pada 2009 menjadi 1086 orang pada 2015.
Baca: Korsel Prediksi Korea Utara Akan Luncurkan Rudal Sabtu Besok
Seperti dilansir media Asia Correspondent pada 8 September 2017, sejumlah siswa Korea Utara dilaporkan pergi ke Cina. Mereka ini mendapat beasiswa dari pemerintah Cina untuk biaya kuliah, akomodasi gratis dan biaya hidup bulanan sekitar Rp6 juta (US $450).
Baca: Amerika Desak PBB Berlakukan Embargo Minyak Untuk Korea Utara
Para siswa Korea Utara sebagian besar telah mempelajari ilmu teknik, fisika, matematika, metalurgi, material dan ilmu terkait yang semuanya dapat membantu program nuklir Pyongyang.
"Mereka mudah dikenali dari pakaian dan penampilan mereka," kata mahasiswa Cina lulusan Institut Teknologi Harbin (HIT).
HIT adalah salah satu sekolah teknik terkemuka di Cina yang berfokus pada penelitian "teknologi rahasia militer" dan terkait penelitian antariksa. Kampusnya berada di Provinsi Heilongjiang utara, yang berdekatan letaknya secara geografis dengan Korea Utara.
Tahun lalu, Kim Jong-un mendesak siswa dan staf di Universitas Kim Il-sung di Pyongyang untuk memajukan institusi ini menjadi "kelas dunia". Ini dilakukan lewat berbagai seminar akademis internasional dan proyek penelitian bersama dengan universitas luar negeri.
ASIA CORRESPONDENT|YON DEMA