Jessica Setia, mahasiswi Indonesia berusia 21 tahun, yang telah belajar di Korea Selatan selama 2 tahun terakhir, menderita luka sedalam 0,5 sentimeter di bibirnya dan memar di dagunya. Dia mendapat luka tersebut akibat dianiaya penjaga sebuah klub di Busan sekitar Jumat tengah malam.
“Mereka membiarkan teman-teman saya yang memiliki kewarganegaraan Korea dengan mudah. Dan ketika datang kepada saya dan teman Indonesia saya, dia menyulitkan (untuk masuk ke klub),” katanya, seperti dilansir dari The Korea Herald, Ahad, 3 September 2017.
Baca: 'Bakso Bejo', Warung Bakso Indonesia di Korea Selatan
Ketika dia melihat temannya, warga Indonesia lain bernama Gabrielle, didorong penjaga pintu dan membuang kartu identitasnya ke trotoar, Jessica langsung mendorong penjaga pintu tersebut.
Perkelahian pun terjadi dan mulut Jessica dipukul petugas penjaga beberapa kali sampai bibirnya robek dan berdarah. Dia dibawa ke rumah sakit dan diberi delapan jahitan di bibirnya.
Gabrielle mengatakan insiden yang terjadi pada dirinya dan Jessica tersebut terkait dengan etnisitasnya berdasarkan pengalamannya secara umum di Korea Selatan.
“Saya terbiasa dengan orang-orang yang memandang rendah orang Indonesia. Saya pikir dia tidak menyukai orang asing sehingga dia mungkin bersikap kasar, terutama karena kami bukan bule kulit putih. Ketika kita kesal dan menunjukkannya kepadanya, saya pikir itu membuatnya marah,” ujar Gabriella.
Klub tersebut mengatakan tidak ada diskriminasi berdasarkan etnis atau gender pada malam itu.
Kantor Polisi Seomyeon Busan mengatakan sebuah penyelidikan sedang dilakukan dan mereka yang terlibat akan dipanggil untuk bersaksi.
“Penjaga bar berpendapat itu adalah serangan dua arah. Karena perkelahian, sisi kiri pipinya menjadi bengkak. Kami akan menyelidiki lebih lanjut kasus tersebut pada Senin,” ucap seorang petugas polisi dari tim yang bertanggung jawab atas penyelidikan awal kasus tersebut.
Pengalaman dan kondisi luka Jessica di klub itu kemudian diunggah ke media sosial oleh temannya, Joshua Irwin.
Kiriman tersebut menerima lebih dari 1.000 suka dan 200 komentar pada Ahad sore setelah pertama kali diunggah pada Sabtu pagi.
Banyak komentar yang dibuat warga asing di Korea. Mereka menunjukkan dukungan untuk Jessica dan kemarahan pada apa yang mereka anggap sebagai tindakan diskriminatif. Bahkan mereka juga berbagi perlakuan serupa yang dialami di sana.
Ini bukan pertama kalinya orang asing di Korea mengatakan bahwa klub dan bar membedakan mereka berdasarkan etnis.
Pada awal Juni, Kislay Kumar, seorang warga India berusia 25 tahun, ditolak masuk ke sebuah bar di Itaewon, distrik multikultural di Seoul, karena kewarganegaraannya. Dia diberi tahu “Tidak ada orang India” oleh penjaga pintu. Menurut rekaman video teman-temannya dari negara lain diizinkan masuk.
Korea Selatan salah satu negara paling homogen di Asia, tertinggal dalam standar internasional terkait dengan rasisme dan keragaman.
Pelapor khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang rasisme, Mutuma Ruteere, mendesak Korea Selatan pada 2014 untuk memberlakukan undang-undang anti-diskriminasi. Desakan itu bertujuan untuk mengekang rasisme dan xenofobia, mengingat sejarah homogenitas etnik dan budaya negara tersebut.
Menurut sebuah survei pada 2015 terhadap 4.000 orang dewasa oleh Kementerian Urusan Gender dan Keluarga, 25,7 persen responden Korea Selatan mengatakan mereka tidak menginginkan orang-orang dari berbagai ras sebagai tetangga.
THE STAR | THE KOREA HERALD | YON DEMA