TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pangan PBB atau WFP terpaksa menunda pengiriman bantuan pangan ke negara bagian Rakhine, Myanmar, sehubungan kekerasan semakin meluas dan jumlah yang tewas bertambah dengan cepat di antara komunitas muslim Rohingya. WFP menjaga keselamatan nyawa pekerjanya yang akan mendistribusikan bantuan pangan.
"Kami sedang berkoordinasi dengan aparat berwenang untuk melanjutkan pendistribusian ke semua komunitas yang terkena dampak sesegara mungkin, termasuk ke orang-orang yang baru terkena dampak kerusuhan," kata WFP dalam pernyataan resminya, Sabtu, 2 September 2017, seperti dikutip dari Reuters.
Baca: Bangladesh Buka Pintu, Turki Janji Bayar Biaya Menampung Rohingya
Sejak 2012, sekitar 120 ribu orang, terbanyak dari etnis muslim Rohingya, bergantung pada bantuan pangan WFP. Saat itu, terjadi kerusuhan berlatar agama yang menewaskan sejumlah orang.
Memberikan bantuan pangan, WFP malah kerap dituding bias. Pemerintah Myanmar bahkan menuding WFP memberikan bantuannya kepada milisi Rohingya yang terlibat penyerangan ke markas polisi pada 25 Agustus 2017. WFP membantah tudingan pemerintah Myanmar.
Baca: 23 Jasad Rohingya Ditemukan Terdampar di Pantai Bangladesh
Peristiwa penyerangan ke markas polisi itu telah membuat situasi Rohingya semakin parah. Sekitar 400 orang tewas, sebagian besar Rohingya. Selain itu, lebih dari 2.700 rumah telah dibakar di Rakhine, negara bagian di wilayah barat Myanmar.
Penundaan pengiriman bantuan pangan WFP akan berdampak terhadap 250 ribu Rohingya yang tinggal di penampungan dan mereka yang sangat rentan.
AL JAZEERA | MARIA RITA