TEMPO.CO, Jakarta - Warga Korea Utara mengkritik Kim Jong-un yang dianggap hanya mampu beretorika dengan membuat ancaman-ancaman kosong tanpa mengambil tindakan. Kritikan ini muncul sebagai ekpresi rasa tidak puas penduduk terhadap rezim yang berkuasa karena telah membuat mereka menderita.
"Warga mengatakan sudah lebih dari setengah abad rezim membuat ancaman-ancaman akan membuat Korea Selatan dan Amerika Serikat jadi lautan api," kata seorang sumber di provinsi Ryanggang seperti dikutip dari Daily NK, 29 Agustus 2017.
Baca: Korea Utara Sebut Penghancuran terhadap Jepang Segera Terjadi
Seperti baru-baru ini terjadi, Korea Central Television, KCTV menayangkan Kim Jong-un mengunjungi Markas Strategi Korea Utara untuk memberikan penilaian strategis guna menembakkan rudal ke Guam pada tanggal 15 Agustus 2017 untuk merespons Amerika Serikat. Namun warga Korea Utara yang menyaksikan tayangan itu menganggapnya tak lebih dari retorika dan gertakan saja.
Menurut sumber, hal ini dipengaruhi informasi yang diterima warga Korea Utara melalui film-film dan acara film serial di televisi. Sehingga semakin banyak warga mulai tak peduli pada ancaman-ancaman yang disuarakan rezim kepada musuhnya dan menganggapnya sebagai propaganda rezim. Penduduk Korea Utara kini bebas membentuk opini mereka.
Baca: Kim Jong-un Perintahkan Tentara yang Kelaparan Curi Jagung Warga
"Kami salah satu yang menderita akibat tingkah rezim yang suka perang tanpa mempertimbangkan rekonsiliasi maupun kerja sama," ujar sumber.
Sementara menurut sumber di provinsi Hamgyong Utara, ada juga penduduk yang menyambut propaganda penguasa bahwa perang segera terjadi meski nanti kalah.
"Kami ingin penderitaan ini berakhir bahkan sekalipun itu berarti kalah perang," ujarnya.
Kim Jong-un disebut menggunakan strategi yang sama yang digunakan kakeknya, Kim Il-sung dan ayahnya Kim Jong-il untuk mengkonsolidasikan warga Korea Utara dengan mengeluarkan ancaman perang. Namun strategi itu sudah tidak efektif lagi.
DAILY NK | MARIA RITA