TEMPO.CO, Washington — Gedung Putih mengumumkan bahwa Presiden Amerika Serikat Donald Trump memecat kepala ahli strategi Steve Bannon, Jumat waktu setempat.
Pemecatan ini mengakhiri masa jabatan Bannon, seorang pengusaha media ultrakonservatif yang fanatik dan aktivis politik supremasi kulit putih yang merupakan basis utama Trump.
"Kepala Staf Gedung Putih John Kelly dan Steve Bannon yang telah disepakati bersama hari ini akan menjadi hari terakhir Steve," kata juru bicara Gedung Putih, Sarah Sanders, dalam sebuah pernyataan.
"Kami bersyukur atas sumbangsihnya dan semoga dia mendapatkan yang terbaik," kata Sanders seperti dikutip CNN, Sabtu, 19 Agustus 2017.
Seorang sumber yang mengetahui keputusan tersebut, melalui sebuah pertimbangan sementara, mengatakan Bannon telah diberi kesempatan untuk meninggalkan posnya.
Baca juga:
Dipicu Bentrok Virginia, Trump Bubarkan 2 Badan Penasihatnya
11 CEO Mundur sebagai Penasihat Trump, Ini Alasan Mereka
"Presiden memutuskan untuk melakukannya selama beberapa minggu terakhir," kata sumber tersebut.
Namun keputusan untuk memecat Bannon bersamaan dengan Reince Priebus yang sebelumnya menjabat sebagai Kepala Staf Gedung Putih, dibatalkan atas masukan Mark Meadows, anggota Kongres dari Partai Republik yang sangat berpengaruh.
Kelly telah mengevaluasi peran Bannon di dalam Gedung Putih sejak terpilih menjadi Kepala Staf Gedung Putih. "Mereka memberinya kesempatan untuk mengundurkan diri karena tahu bahwa dia akan dipecat," kata sumber tersebut.
Bannon merusak posisinya dengan memberikan sebuah wawancara dengan media liberal, American Prospect, pekan ini di mana dia terlihat meremehkan posisi Trump atas Korea Utara. Setelah mendengar wawancara ini, Meadows pun berubah pikiran.
Bannon mengatakan kepada rekan kerja bahwa dia pikir dia sedang berbicara dengan seorang akademikus dan mengira dia tidak ada di sana.
Dia telah memberi tahu teman-temannya bahwa dia bisa kembali ke media sayap kanan, Breitbart News, yang dikepalainya sebelum dia mengambil alih jabatan sebagai kepala kampanye kepresidenan Trump pada Agustus 2016.
Bannon menjadi pusat perhatian publik Amerika menyusul bentrokan rasisme antara kelompok supremasi kulit putih dan kelompok antifasis di Charlottesville, Amerika Serikat, yang menewaskan tiga orang dan melukai puluhan lainnya. Publik Amerika menilai Bannon menjadi pendukung utama supremasi kulit putih dalam pemerintah Trump. Desakan untuk mendepak Bannon pun menguat.
CNN | REUTERS | SITA PLANASARI AQUADINI