TEMPO.CO, Tel Aviv - Sebanyak 26 Yahudi Venezuela tiba di Israel menyusul kondisi yang dianggap buruk di negaranya akibat kekacauan politik, sosial dan ekonomi.
Kondisi itu, menurut mereka, dipicu oleh kepemimpinan Prsiden Nicolas Maduro yang melanjutkan kebijakan presiden sebelumnya, Hugo Chavez, sehingga Venezuela menjadi negara kacau.
Baca: Siapa Maduro, Presiden Venezuela Seteru Amerika
"Situasi di Venezuela sangat buruk," kata Michal Levy, 35 tahun, yang tiba di Israel pada Rabu, 26 Juli 2017, bersama ketiga anaknya.
"Bahkan kami sangat sulit mendapatkan kebutuhan dasar seperti roti dan gandum," ungkapnya.
Levy mengaku selama kerusuhan yang pecah pada April 2017, dia sangat takut keluar rumah karena ancaman penculikan.
Keberadaan Levy dan rekan-rekannya di Israel berkat bantuan dari lembaga internasional Kristen-Yahudi. Mereka mendapatkan bantuan tiket dan dana bagi anak-anak mereka sebesar Rp 5 juta per anak, sedangkan untuk orang dewasa disiapkan dana Rp 10,6 juta per orang.
"Pemerintah Israel juga menyediakan dana bantuan untuk mereka," Haaretz melaporkan.
Pada akhir 2017, lembaga internasional Kristen-Yahudi berharap sekitar 100 imigran Venezuela bisa masuk ke Israel.
HAARETZ | CHOIRUL AMINUDDIN