TEMPO.CO, Washington — Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengeluarkan pengumuman mengejutkan terkait dengan kaum transgender dalam militer.
Seperti dilansir CNN, Kamis, 27 Juli 2017, Trump mengumumkan melalui akun pribadinya di Twitter @realDonaldTrump bahwa warga transgender tak boleh bekerja dan melayani dalam kapasitas apa pun di tubuh institusi militer Amerika.
Pemerintah Trump berdalih potensi besarnya biaya medis yang dibutuhkan oleh kaum transgender sebagai alasan keputusan itu.
Baca: Sadis, Dua Transgender Dipukuli sampai Mati di Arab Saudi
"Setelah berkonsultasi dengan para jenderal dan pakar militer, pemerintah Amerika tidak mengizinkan warga transgeder untuk bekerja di militer,” kicau Trump dalam serangkaian cuitan di Twitter pada Rabu pagi waktu setempat.
“Militer Amerika memiliki target besar untuk menang dan tidak bisa dibebani oleh biaya yang ditimbulkan kaum transgender.”
Juru bicara Gedung Putih, Sarah Huckabee Sanders, tidak dapat menjawab bagaimana nasib tentara transgender yang masih aktif bekerja di militer Amerika. “Gedung Putih dan Kementerian Pertahanan akan bekerja bersama sejak keputusan ini berlaku.”
Saat ini diperkirakan ada 2.500 sampai 7.000 kaum transgender, termasuk di antara 1,3 juta anggota dinas militer Amerika.
Sebelumnya, para akhir Juni lalu, Menteri Pertahanan Amerika Jim Mattis telah menunda rencana untuk memberlakukan kebijakan pemerintah Barack Obama untuk mulai menerima calon transgender.
Kala itu, Mattis mengumumkan penundaan selama enam bulan ke depan.
"Kelima angkatan kini menunda perekrutan transgender hingga 1 Januari mendatang," kata juru bicara Pentagon, Dana White, akhir Juni lalu.
"Penundaan ini dilakukan untuk mengevaluasi rencana itu dan menanti masukan terkait dampaknya terhadap kesiapan dan kemampuan militer kita," ujar White menambahkan.
Namun, kaum transgender itu tak secara terbuka menunjukkan orientasi seksual mereka sebelum bergabung dengan kemiliteran.
Baca: Pentagon Cabut Larangan bagi Gay di Militer AS
Baru tahun lalu, para transgender mengakui secara terbuka tak akan terancam dipecat dari kemiliteran. Kebijakan ini diambil oleh Presiden Amerika Serikat saat itu, Barack Obama, sebagai penghargaan atas kesediaan mereka untuk mengabdi kepada negara.
Namun dengan kebijakan baru yang digariskan Donald Trump ini, maka posisi para prajurit transgender Amerika Serikat tersebut kembali terancam.
CNN | LOS ANGELES TIMES | SITA PLANASARI AQUADINI