TEMPO.CO, Washington—Presiden Amerika Serikat Donald Trump menghentikan program rahasia Badan Intelijen Pusat (CIA) untuk mendukung kelompok pemberontak yang telah berjalan selama bertahun-tahun di Suriah.
Penghapusan program rahasia oleh Trump dilaporkan oleh The Washington Post dan kantor berita Associated Press pada Kamis 20 Juli 2017.
Keputusan Trump itu juga terjadi setelah dia dua kali bertemu dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin, di sela-sela KTT G20 di Hamburg, Jerman, 7-8 Juli 2017.
Baca: Donald Trump-Putin Sepakati Kerja Sama Melawan ISIS
Pertemuan kedua bersifat rahasia, yang tidak sampai tercium oleh media massa peliput KTT G20 kala itu.
Baca Juga:
Tentang pertemuan rahasia Trump dan Putin itu, baru diungkap ke media pada Selasa lalu di Washington DC, AS.
Program yang dijalankan CIA selama ini adalah mempersenjatai dan memberikan pelatihan kepada oposisi Islam moderat yang memerangi rezim Presiden Bashar al-Assad.
Langkah Trump itu sesuai dengan harapan Rusia yang telah lama mendorong AS untuk segera mengakhiri program rahasia CIA di Suriah itu.
Pejabat AS mengatakan, langkah untuk mengakhiri operasi CIA tersebut mencerminkan ketertarikan Trump untuk menemukan cara terbaik agar bisa bekerja sama dengan Rusia.
Dituturkan sejumlah pejabat AS seperti dikutip The Washington Post, bahwa keputusan penghentian program CIA ini diambil Trump sekitar sebulan lalu, setelah menggelar rapat Ruang Oval dengan Direktur CIA Mike Pompeo dan Penasihat Keamanan Nasional HR McMaster.
Namun Gedung Putih dan CIA enggan mengomentari laporan The Washington Post ini.
Program ini merupakan komponen kunci yang dimulai oleh pemerintahan Presiden Barack Obama pada 2013 untuk memberi tekanan pada Assad agar menyerahkan kekuasaannya. Ribuan petempur anti-Assad dilatih dan dipersenjatai oleh AS sejak 2014.
Namun, pendukungnya mempertanyakan kegunaan program tersebut sejak Moskow juga mengirim pasukan ke Suriah pada September 2015, setahun serelah AS melakukan serangan udara di Suriah.
Menurut kantor berita Associated Press, Rusia sejak lama melihat program anti-Assad sebagai serangan terhadap kepentingan Moskow di Suriah.
Penghentian program CIA di Suriah jelas menunjukkan kemenangan Presiden Rusia Vladimir, juga merupakan pengakuan atas kemampuan AS yang terbatas dalam membantu oposisi menggulingkan Assad.
"Ini adalah keputusan yang sangat penting. (Presiden Rusia Vladimir) Putin menang di Suriah," sebut seorang pejabat AS yang enggan disebut identitasnya.
Wakil Sekretaris Jenderal Gedung Putih, Sarah Sanders, menolak untuk mengomentari laporan tentang penghentian program tersebut dan mengatakan bahwa dia tidak tahu apakah hal itu dibahas dalam sebuah percakapan dengan Putin di Hamburg, Jerman.
Baca: Trump dan Putin Sepakat Solusi Gencatan Senjata di Suriah
Penghentian itu juga terjadi setelah AS meluncurkan puluhan rudal tomahawk ke pangkalan udara Suriah setelah pasukan Assad dituding melakukan serangan kimia yang membunuh pulahan warga sipil.
Para pejabat mengatakan kepada The Washington Post bahwa langkah untuk mengakhiri program untuk mempersenjatai oposan Assad bukanlah sebuah kondisi gencatan senjata.
Dengan diakhirinya program CIA ini, keterlibatan Amerika Serikat dalam konflik Suriah di bawah pemerintahan Trump tinggal operasi serangan udara terhadap posisi-posisi kelompok radikal ISIS.
THE WASHINGTON POST | AP | SITA PLANASARI AQUADINI