TEMPO.CO, Jakarta -- Sebanyak 75 polisi terluka dan 3 lainnya mendapat perawatan di rumah sakit akibat bentrok dengan demonstran menjelang Konferensi Tingkat Tinggi G-20 di Hamburg, Jerman. Konferensi berlangsung dua hari mulai Jumat, 7 Juli 2017. Dilansir dari ABC News, bentrokan terjadi selama satu jam di dekat lokasi konferensi pada Kamis waktu setempat. Bentrok pecah setelah Kanselir Jerman Angela Merkel bertemu dengan Presiden AS Donald Trump.
Polisi berkali-kali meminta sekelompok demonstran anti-kapitalis garis keras untuk melepas topeng yang dikenakan, namun tidak digubris. Polisi berusaha membubarkan massa dengan menembakkan water cannon. Cara ini dibalas para pengunjuk rasa dengan melempar botol dan batu bata. Akibatnya kaca jendela kendaraan polisi hancur. Mereka mengusung slogan "utamakan solidaritas tanpa batas daripada nasionalisme: Serang G20".
Baca: North Korea Fires Ballistic Missile ahead of G20 Summit
Ribuan pemrotes dari sejumlah negara Eropa berkumpul di kota pelabuhan Hamburg menjelang perundingan G20. Mereka menilai G20 telah gagal dalam menyelesaikan banyak masalah yang mengancam perdamaian dunia.
Polisi memperkirakan jumlah mereka mencapai 8.000 dari total 13 ribu pendemo yang dianggap sebagai biang kekerasan. Sebanyak 20 ribu petugas dikerahkan mengatasi protes ini. "Selamat datang di neraka," begitu seruan demonstran saat menyambut Donald Trump dan pemimpin negara lain tiba di Hamburg.
Menurut situs ABC, Kanselir Merkel dinilai mengambil risiko tinggi dengan memilih kota Hamburg sebagai tempat pertemuan G-20. Ini terkait dengan upayanya untuk menunjukkan kepada dunia bahwa demonstrasi besar-besaran dapat diakomodir dengan demokrasi yang sehat.
Baca: Dozens of Police Injured in G20 Protests
Sebelum bertemu dengan Trump, Kanselir Merkel mendapat sinyal akan adanya kesepakatan bersama untuk memecahkan isu perubahan iklim. Merkel berjanji untuk memperjuangkan kepentingan Jerman dan Eropa dalam KTT G20 ini, Dia menambahkan: "Di sisi lain, sebagai tuan rumah, kita dan saya khususnya akan melakukan hal yang bisa kami lakukan untuk mencapai kompromi," tutur Merkel.
Dalam pertemuan G20 ini, Presiden Trump diperkirakan akan menghadapi konfrontasi dengan sejumlah pemimpin negara yang tergabung dalam G-20 setelah memutuskan bulan lalu untuk kembali menarik Amerika dalam kesepakatan Iklim di Paris pada 2015.
"Kesepakatan tentang iklim belum dapat dicapai," kata Merkel. "Ada berbagai pilihan yang bisa kita diskusikan. Kita tahu bahwa Amerika Serikat telah mencabut dukunganya. Banyak pihak lain yang mendukung kesepakatan ini."
Pertemuan yang dijadwalkan pada Jumat ini akan diawasi ketat menyusul adanya tuduhan hubungan timbal balik antara Rusia dan AS terkait hacking pemilu di Rusia, Suriah, Ukraina dan deretan link rekan Trump ke Moskow.
ABC NEWS | DESTRIANITA