TEMPO.CO, Washington - Presiden Amerika Serikat Donald Trump berbicara secara terpisah dengan para pemimpin Qatar, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab untuk mendiskusikan masalah krisis Teluk.
Dalam pembicaraan melalui telepon pada Ahad malam, 2 Juli 2017, waktu setempat, emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani dan Trump berbicara perkembangan terkini krisis Teluk dan implikasinya terhadap kawasan.
Menurut laporan kantor berita Qatar (QNA), kedua pemimpin negara itu meninjau kembali posisi Amerika di kancah internasional dalam menghadapi krisis.
Gedung Putih menjelaskan, Trump mendesak para pemimpin di negara Teluk menghentikan mendanai teroris dan menekan ideologi ekstimis.
Trump menyatakan bahwa dia mendukung persatuan di kawasan Teluk. Menurut Trump, sebagaimana disampaikan oleh Gedung Putih, tujuan utama dalam pertemuan tingkat tinggi di Ryadh adalah mengalahkan terorisme dan mempromosikan stabilitas regional.
Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain dan Mesir telah memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar pada 5 Juni 2017. Negara-negara tersebut juga menerapkan sanksi politik dan ekonomi setelah menuding Qatar mendukung terorisme. Tuduhan itu ditolak Qatar berkal-kali.
Baca: Inilah Pemicu Arab Saudi Putuskan Hubungan dengan Qatar
Setelah berjalan selama dua pekan, keempat negara tersebut memberikan batas waktu 10 hari kepada Doha atau hingga Ahad malam, 2 Juli 2017, untuk menyetujui 13 poin sebagai syarat pemulihan hubungan dengan Qatar.
Di antara 13 poin yang diinginkan keempat negara tersebut yakni menutup kantor berita Al Jazeera, menutup pangkalan militer Turki dan menurunkan skala hubungan dengan Iran.
Menteri Luar Qatar, Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al-Thani, menolak tuntutan Arab Saudi Cs karena dianggap telah mencampuri urusan negara.
"Qatar menolak 13 tuntutan yang diajukan Arab Saudi Cs.Namun kami bersedia melakukan dialog demi memecahkan krisis Teluk," kata Sheikh Mohammed, Ahad, 2 Juli 2017.
AL JAZEERA | CHOIRUL AMINUDDIN