TEMPO.CO, Doha - Presiden Donald Trump sepakat menjual senjata ke Qatar senilai Rp 160 triliun, meskipun Amerika Serikat berkali-kali menuding Doha membiayai kelompok teroris.
Qatar, saat ini, dihadapkan pada blokade ekonomi dan politik oleh Arab Saudi dan sekutunya di Timur Tengah. Krisis politik ini terburuk di negara-negara Teluk dalam beberapa tahun ini.
Baca: Amnesty: Blokade Terhadap Qatar adalah Kejahatan Kemanusiaan
Mereka menuduh Qatar membiayai terorisme dan mengobarkan kerusuhan regional, termasuk melakukan pembiayaran terhadap musuh mereka yakni Iran. Namun demikian, seluruh tudingan tersebut dibantah Qatar.
Kesepakatan penjualan senjata antara AS dan Qatar itu berlangsung di tengah meningkatnya upaya diplomasi untuk mengatasi krisis politik.
Trump berulang kali menuding Qatar mendanai kelompok teroris, kendati Kementerian Pertahanan dan Luar Negeri AS mencoba bersikap netral atas krisruh politik di antara negara sekutunya di Timur Tengah.
Qatar adalah negara yang menyediakan pangkalan militer terbesar bagi angkatan Udara AS dan Turki di Timur Tengah.
Huffington Post dalam pemberitaannya, Rabu, 14 Juni 2017, menulis, Menteri Pertahanan AS Jim Mattis sebelumnya menandatangani kesepakatan penjualan pesawat terbang Boeing dengan Menteri Pertahanan Qatar, Khalid al-Attiyah.
Menurut cuitan Duta Besar Qatar untuk AS, Meshal Hamad al-Thani, melalui akun Twitter disebutkan, peristiwa penandatanganan itu dilakukan di AS.
"Ini sebagai bukti bahwa kami tidak memiliki masalah dengan AS," kata pejabat Qatar di Doha. "Militer kami seperti bersaudara. Dukungan Amerika untuk Qatar berakar kuat dan tidak mudah dipengaruhi oleh perubahan politik."
Dari Washington diperoleh keternagan melalui juru bicara Kementerian Luar Negeri bahwa pemerintah Presiden Trump tetap melanjutkan kerjasama dengan Qatar dan pemerintah lainnya di kawasan serta sepakat akan melanjutkan penjualan pesawat.
HUFFINGTON POST | CHOIRUL AMINUDDIN