TEMPO.CO, Manila - Presiden Filipina Rodrigo Duterte menolak kabar bahwa dia meminta bantuan Amerika Serikat mengatasi pemberontakan militan ISIS di Marawi.
Di depan wartawan, Duterte menyatakan tak pernah sama sekali melakukan pendekatan kepada Amerika Serikat mengakhiri pertempuran dengan kaum pemberontak Maute di Marawi.
"Saya tidak pernah melakukan pendekatan ke Amerika. Saya belum pernah melakukannya," katanya kepada awak media dalam acara jumpa pers di Cagayan de Oroyo City, sekitar 100 kilometer dari Kota Marawi yang terkepung pada Ahad, 11 Juni 2017.
Duterte yang terpilih menjadi Presiden Filipina tahun lalu secara tegas menantang para pejabat Amerika yang mengritiknya atas kebijaksanaan menumpas pedagang narkoba. Kritik terhadap kebijakan Duterte juga datang dari sejumlah negara lainnya dan lembaga hak asasi manusia.
Dalam kampanye pemilihan presiden, Duterte berkampanye bahwa dia bakal menghancurkan bisnis narkoba di Filipina. Selain itu, Duterte juga bersumpah menolak penasehat dan instruktur militer dari Amerika.
Pada Sabtu, 10 Juni 2017, militer Filipina mengumumkan bahwa pasukan Amerika memberikan bantuan teknis namun tidak mengirimkan pasukan perang darat melawan militan di Marawi.
"Saya tidak tahu sama sekali kalau pemerintah Amerika memberikan bantuan teknis guna mendukung pasukan kami," ujar Duterte.
Meskipun demikan, Duterte mengakui bahwa para perwira militernya mendapatkan pelatihan di Amerika sehingga pengaruh Amerika sangat kuat.
"Pasukan kami pro-Amerika," tegasnya.
Kedutaan Amerika Serikat di Manila mengklaim menerima permintaan bantuan pasukan untuk mengatasi pemberontakan di Marawi.
PRESS TV | CHOIRUL AMINUDDIN