TEMPO.CO, Jakarta - Ribuan ekor tikus menyerbu desa-desa di Myanmar bagian selatan. Untuk meminimalisasi serangan, pemerintah setempat menawarkan imbalan bagi penduduk yang membunuh hewan tersebut.
Penduduk desa pun membasmi tikus-tikus tersebut dengan menggunakan berbagai macam peralatan. Penduduk desa diperkirakan berhasil membunuh lebih dari 4 ribu tikus, meski ada kekhawatiran akan muncul penyakit yang dibawa tikus-tikus itu.
Baca: Kenalkan Juara Pembunuh Tikus, 160 Ribu Tikus pun
Para penduduk juga khawatir keberadaan tikus-tikus bisa membawa bencana lain. "Menurut kepercayaan tradisional, hewan-hewan ini bisa memprediksi cuaca buruk. Jadi orang di sini juga khawatir dengan banjir atau gempa bumi," kata anggota parlemen daerah Phyo Zaw Shwe.
Keyakinan tradisional tersebut mungkin tak begitu meleset, karena adanya sebuah studi yang dilakukan ilmuwan Jepang yang menemukan adanya kemungkinan tikus memiliki sensitivitas terhadap gelombang elektromagnetik yang terjadi sebelum gempa bumi terjadi.
Sejumlah tikus dikirim untuk pengujian, tapi sejauh ini tak ditemukan adanya penyakit yang dibawa oleh tikus-tikus itu. Wabah tikus yang terjadi saat ini bukan yang pertama kalinya terjadi di desa-desa Myanmar dan telah membahayakan masyarakat di sana.
Baca juga: Rohingya Angkat Senjata Hadapi Myanmar
Pada 2008, ribuan orang di wilayah barat laut negara bagian Chin menghadapi resiko kelaparan setelah tikus muncul dan mulai memakan buah bambu sebelum memakan tanaman pangan. Ini adalah fenomena setiap 50 tahun sekali. Saat terakhir wabah menyerang di tahun 1950-an, 15 ribu orang diyakini kelaparan sampai mati.
BBC | DIKO OKTARA