TEMPO.CO, Marawi - Pejabat Daerah Otonom Majelis Muslim Mindanao (ARMM) Zia Alonto Adiong begitu sedih dan terpukul ketika melihat gambar Kota Marawi yang ditinggalinya semasa kecil, kini hancur. Akibat perang antara kelompok Maute dan militer pemerintah, kehancuran Marawi mirip kota di Suriah.
Adiong, juru bicara komite manajemen krisis provinsi, mengatakan akibat pertempuran antara militer dan kelompok yang berafiliasi dengan ISIS setelah dua minggu, tidak disangka kerusakannya.
Baca: Laporan Tempo dari Marawi, Kisah Pengungsi Korban Perang
"Saya dibesarkan di sini sepanjang hidup saya, dan melihat-lihat gambar, tidak ada kemiripan Marawi lagi, seperti melihat Suriah dan Allepo. Kerusakan properti sangat mengejutkan, cukup sulit dipercaya," kata Adiong seperti yang dilansir ABS-CBN News pada Selasa, 6 Juni 2017.
Di Suriah terjadi perang saudara antara pasukan Bashar al-Assad dan pemberontak anti-pemerintah. Mereka adalah ISIS dan kelompok-kelompok yang terkait dengan Al-Qaeda. Perang selama lebih dari enam tahun membuat kota di Suriah tinggal puing dan penduduknya mengungsi.
Baca: Raja Salman Meratapi Kehancuran Suriah
Krisis di Marawi telah memaksa lebih dari 100 ribu penduduk di kota yang awalnya damai tersebut meninggalkan rumah dan bisnis mereka. Mereka takut terjebak baku tembak. Tim penyelamat terus berusaha mengevakuasi warga sipil dari zona konflik Marawi.
Angkatan Bersenjata Filipina mengakui bahwa operasi militer mungkin memakan waktu lebih lama karena para teroris Maute terus melawan. "Tampaknya agak sulit membasmi Maute dalam tiga hari karena beberapa faktor dalam hal eksekusi," kata Letnan Kolonel Joar Herrera, juru bicara Angkatan Darat.
Baca: Tokoh Muslim Marawi Lindungi Warga Kristen
Herrera menjelaskan, prioritas militer adalah memastikan keamanan warga sipil yang masih terjebak di Marawi karena penembak jitu teroris masih bersembunyi di beberapa lokasi.
ABS-CBN NEWS | YON DEMA