TEMPO.CO, Doha - Mesir dan Uni Emirat Arab (UEA) mengikuti langkah Arab Saudi memutuskan hubungan dengan Qatar.
Hanya dalam hitungan beberapa jam, Senin, 5 Juni 2017, Qatar dikucilkan oleh negara-negara tetangganya sendiri.
Seperti dilansir AFP, pemerintah UEA menuding Qatar, negara tetangga Teluk Arab-nya itu, mendukung ekstremisme dan membahayakan stabilitas nasional.
Baca: Mengejutkan, Arab Saudi Putuskan Hubungan dengan Qatar
Pemerintah UEA memberi waktu 48 jam kepada para diplomat Qatar untuk meninggalkan negeri itu, seraya menambahkan "dukungan, pendanaan, serta perlindungan teroris, ekstremis, dan organisasi-organisasi sektarian oleh pemerintah Qatar".
Langkah ini hanya berselang dua hari setelah laman The Intercept melaporkan hasil peretasan e-mail Duta Besar Qatar untuk Amerika Serikat, Yousef Al Otaiba.
Dokumen itu mengungkap persekongkolan erat pemerintah UEA dengan Foundation for Defense of Democracies (FDD), kelompok pemikir pro-Israel.
Peretasan e-mail diplomat UEA itu sebagian dimulai pada 2014, yang mengungkap kerja sama tingkat tinggi antara FDD, yang didanai miliarder pro-Israel Sheldon Anderson, dan UEA.
Persekongkolan FDD dan UEA itu juga melibatkan para jurnalis yang menerbitkan artikel berisi tuduhan Qatar dan Kuwait mendukung terorisme.
Pemerintah Mesir, dalam kesempatan terpisah, juga menuding Qatar mendukung terorisme. Selain memutuskan hubungan diplomatik, Mesir mengumumkan semua pelabuhan dan bandara Mesir akan tertutup bagi semua kapal dan pesawat Qatar.
Baca: Soal Teluk, Qatar Pertahankan Kebijakannya
Sebelumnya, pemerintah Saudi dan Bahrain mengumumkan pemutusan hubungan diplomatik dengan Qatar. Disebutkan langkah ini dilakukan karena "pelanggaran terang-terangan yang dilakukan otoritas di Qatar dalam beberapa tahun terakhir."
Menurut Reuters, ketegangan antara Qatar dan negara-negara Teluk terjadi setelah kantor berita Qatar menulis Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamid Al Thani meminta negara-negara Teluk bekerja sama dengan musuh bebuyutan mereka, Iran.
Walaupun pemerintah Qatar telah menyebut laporan itu dibuat ketika kantor berita mereka diretas, Arab Saudi dan kawan-kawan sangat murka. Hingga kini belum ada tanggapan dari pemerintah Qatar terkait dengan pengucilan itu.
Insiden serupa pernah terjadi pada 2014 ketika Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Bahrain memanggil pulang duta besar mereka dari Qatar. Alasannya, ketiga negara tersebut menuding Qatar mendukung Presiden Mesir yang digulingkan, Mohamed Mursi, juga Ikhwanul Muslimin.
AFP | THE INTERCEPT | REUTERS | SITA PLANASARI AQUADINI