TEMPO.CO, Kota Marawi – Rombongan pengungsi tidak lagi memadati jalan raya Iligan-Marawi di Mindanao, Filipina selatan. Jalur penghubung sejauh sekitar 37 kilometer itu tampak cukup lengang saat Tempo melintasinya, Jumat, 2 Juni 2017. Mobil, sepeda motor, bus, dan kendaraan umum lainnya hanya sesekali menumpuk saat antre di pos-pos pemeriksaan.
Di Baloi, pos pemeriksaan pertama di luar Iligan, misalnya, tak terlihat banyak aparat keamanan berjaga. “Hanya ada kami bertiga,” kata seorang polisi dari unit khusus yang berseragam mirip tentara. Mereka teliti memeriksa kartu identitas setiap pengendara yang lewat.
Baca juga: 17 WNI di Marawi Akan Diterbangkan ke Indonesia Besok Malam
Satu pekan lalu, ketika pecah konflik bersenjata antara kelompok militan Maute yang pro-ISIS dan tentara Filipina di Kota Marawi, jalan raya Iligan-Marawi tersebut dijejali ribuan pengungsi. Mereka adalah penduduk Marawi yang menyelamatkan diri dari baku tembak yang kini telah menewaskan lebih dari 100 orang.
Dari Iligan, kota di tepi Teluk Iligan di Provinsi Lanao del Norte, Tempo menempuh perjalanan sekitar satu jam menuju Marawi di Provinsi Lanao del Sur. Jalan raya menanjak dan berkelok-kelok menuju Marawi, kota berpenduduk mayoritas muslim yang ada di ketinggian sekitar 800 meter di atas muka laut.
Setidaknya ada lima pos pemeriksaan di sepanjang jalan raya Iligan-Marawi. Hingga di Saguiaran, kota kecil yang tepat bertetangga dengan Marawi, situasi terlihat biasa saja. Masih tampak warga setempat beraktivitas di pasar yang ada di tepi jalan raya.
Simak pula: Yoki Diduga Ikut Serbu Marawi, Eni Yakin Anaknya Bukan Teroris
Namun semua itu tampak kontras saat Tempo memasuki gerbang Marawi. Kota itu terlihat sepi. Rumah-rumah tidak lagi berpenghuni. Dari pos pemeriksaan, dapat terlihat asap hitam membubung ke udara. “Sepertinya itu akibat serangan udara militer,” kata Divina Morgia Suson, seorang koresponden harian SunStar.
Di dalam Kota Marawi, hanya ada tentara, polisi, dan sejumlah wartawan lokal dan internasional. Di perempatan Sarimanok, lokasi yang cukup aman dari baku tembak, mereka mengamati helikopter melancarkan serangan udara terhadap lokasi tempat milisi Maute bersembunyi. “Saya sudah 10 hari di sini,” ucap seorang polisi berkepala plontos.
MAHARDIKA SATRIA HADI (MARAWI)