TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Lebanon akan melarang penayangan film Wonder Woman karena pemeran utamanya dibintangi aktris Israel, Gal Gadot.
Seorang pejabat Lebanon mengatakan, meski permohonan resmi larangan itu belum diterima namun kemungkinan besar pemutaran film tersebut akan dilarang mengingat permusuhan di antara dua negara tetangga tersebut.
Baca juga: Beredar Petisi Tolak Wonder Woman Duta PBB untuk Perempuan
"Larangan itu membutuhkan rekomendasi enam anggota komite di Kementerian Ekonomi, jadi ini proses yang belum dimulai," kata pejabat yang tidak bersedia disebut namanya, seperti yang dilansir Independent pada 30 Mei 2017.
Tayangan perdana Wonder Woman dijadwalkan pada 1 Juni 2017 di satu bioskop di Beirut. Poster dan billboard digital film itu sudah tersebar di Beirut, ibu kota Libanon.
Hubungan antara Israel dan Lebanon sempat memanas pada 2006. Ketika itu, 12 Juli 2006, organisasi Hizbullah menyerang kota Shlomi di Israel utara dengan rudal Katyusha. Pasukan Hizbullah juga menyusup ke wilayah Israel. Ada 11 tentara Israel tewas dan puluhan warga terluka. Israel membalas menyerang wilayah Lebanon selatan yang menjadi markas Hizbullah.
Pemerintah Lebanon kemudian memboikot produk Yahudi dan melarang rakyatnya mengunjungi atau berhubungan dengan Israel.
Satu kelompok bernama Kampanye Memboikot Pendukung Israel-Libanon meningkatkan upaya melawan penayangan film Wonder Woman.
Di halaman Facebooknya, kelompok itu menjelaskan kalau Gal Gadot pernah menjadi anggota militer Israel. Mereka menyatakan dukungan terhadap kebijakan militer di Jalur Gaza, wilayah Palestina yang dikuasai Hamas.
Pendukung kampanye boikot tersebut, Samah Idriss mengatakan bahwa politik tidak dapat dipisahkan dari seni.
Simak juga:Wonder Woman Jadi Duta Pemberdayaan Perempuan, PBB Dikritik
"Negara mengambil keputusan tepat. Kami sekarang menunggu pelaksanaannya. Bahkan jika cuma ada satu jam sebelum tayangan, ia harus melarangnya," kata Samah Idris.
Meskipun terjadi kontroversi di Lebanon, "Wonder Woman" akan tetap tayang perdana seperti yang dijadwalkan sebelumnya, yakni Kamis, 1 Juni 2017 di Uni Emirat Arab, Qatar dan Kuwait. Lalu pada 22 Juni di Oman dan 29 Juni di Bahrain.
FOX NEWS | INDEPENDENT | YON DEMA