TEMPO.CO, Teheran - Ebrahim Raisi merupakan penantang utama Presiden Hassan Rouhani, pada pemilihan Presiden Iran yang digelar Jumat, 19 Mei 2017. Raisi dikenal sebagai ulama garis keras yang memiliki kedekatan dengan Pemimpin Agung Iran, Ayatullah Ali Khamenei.
”Raisi dilahirkan oleh keluarga taat beragama di kota suci Mashhad, pada 23 Agustus 1960,” demikian ditulis National dalam laporannya, Rabu, 17 Mei 2017.
Baca juga: Pilpres Iran, Pertarungan Garis Keras dan Moderat
Selama masa kampanye sebagai calon presiden, Raisi berfokus pada masalah ekonomi dan mengentaskan kemiskinan. Hal itu juga disampaikan saat bertemu dengan para pendukungnya di makam Imam Reza di Mashhad.
”Saya menghadirkan para pekerja, petani, dan kaum perempuan,” ucapnya.
Dalam kampanyenya, Raisi mengatakan angka pengangguran di Iran mencapai 12,5 persen dan hampir setiap orang merasakan kemandekan ekonomi.
”Ekonomi Iran tidak berkembang, pertumbuhannya sangat lambat,” katanya.
Baca juga: Pemilu Iran, Ali Khamenei Tak Peduli Siapa Jadi Presiden
Mengenai nuklir, Raisi tidak menentang kesepakatan antara Iran dan negara-negara Barat sehingga sanksi ekonomi dunia dicabut. Tetapi, dia mengatakan, negosiasi pemerintah sangat lemah dan diarahkan oleh musuh.
Raisi juga menyinggung soal kebijakannya jika terpilih menjadi presiden yakni melonggarkan aksi massa, membebaskan pemimpin oposisi dari terali besi yang ditahan sejak 2009, menyusul unjuk rasa jalanan.
”Iran tidak akan memberikan ampun kepada pengadilan sesat,” ucapnya pada 2014.
Karier Raisi di pemerintahan diawali dengan menjabat Jaksa Agung, pengawas lembaga siaran pemerintah IRIB dan jaksa bagi pengadilan khusus ulama.
Baca juga: Jajak Pendapat, Rouhani Bakal Menang di Pemilihan Presiden Iran
Pria 56 tahun itu selalu mengenakan surban berwarna hitam sebagaimana dikenakan Rasulullah Muhammad.
Ayah Raisi adalah seorang ulama di Mashhad yang meninggal ketika Raisi masih berusia lima tahun. Selanjutnya, dia dimasukkan ke pondok pesantren untuk anak-anak hingga dia lulus dan pindah ke kota suci Qom pada 1975.
Setelah Revolusi Iran 1979, dia mengikuti seleksi untuk pelatihan khusus untuk menjadi ulama dan belajar langsung dari Ayatullah Ali Khamenei, yang belakangan menjadi Pemimpin Agung.
Pada 1985, di pertengahan Perang Iran-Irak, dia ditunjuk menjadi wakil jaksa di Pengadilan Revolusioner Teheran yang bertugas mengeksekusi ribuan tahanan politik.
Selesai menempati berbagai posisi penting, pada Maret 2016, Raisi ditunjuk oleh Pemimpin Agung Iran Ayatullah Ali Khamenei mengepalai tempat suci Imam Reza.
NATIONAL | CHOIRUL AMINUDDIN