TEMPO.CO, Sanaa - Pemerintah Houthi yang berkuasa di Yaman mengumumkan kondisi darurat akibat wabah kolera yang telah menewaskan sedikitnya 184 warga dalam beberapa pekan terakhir.
Seperti dilansir Reuters, Selasa, 16 Mei 2017, Kementerian Kesehatan Yaman meminta organisasi kemanusiaan dan organisasi donor bantuan lain membantu menangani epidemi ini dan mencegah bencana yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Baca: Dalam Dua Pekan, 51 Warga Yaman Tewas Akibat Kolera
"Sistem kesehatan, yang sangat terdegradasi oleh lebih dari dua tahun perang yang juga membuat jutaan orang mengungsi, tidak dapat mengatasinya," kata Menteri Kesehatan Yaman Mohammed Salem bin Hafeedh, seperti dikutip Reuters dari kantor berita negara, Saba.
Dominik Stillhart dari Palang Merah Internasional pada Senin kemarin mengumumkan bahwa lebih dari 180 orang tewas akibat wabah kolera dan 11 ribu kasus lain telah dilaporkan dari seluruh negeri.
Badan Kesehatan Dunia atau WHO sebelumnya menyatakan kolera telah menewaskan 51 orang sejak 27 April dan 2.752 lain dirawat akibat wabah itu. Lima puluh delapan kasus lagi telah dikonfirmasi.
Data WHO menunjukkan Sanaa adalah lokasi terparah wabah tersebut, diikuti Provinsi Amanat al-Semah. Kasus ini juga telah dilaporkan di kota-kota besar lain, termasuk Hodeidah, Taiz dan Aden.
Sebanyak 115 kasus kematian akibat kolera terjadi di Sanaa. Daerah itu kini dikuasai kelompok pemberontak Houthi.
Baca: Yaman Darurat Kolera, Korban Tewas 115 Orang
WHO mengatakan 7,6 juta orang tinggal di wilayah yang berisiko tinggi tertular kolera.
"Sekitar 17 juta dari 26 juta orang di Yaman kekurangan makanan dan setidaknya tiga juta anak-anak yang kekurangan gizi berada dalam bahaya berat," ucap PBB.
Yaman terjebak dalam konflik pemberontak Houthi, selaras dengan Iran, dengan koalisi yang didukung Barat dan dipimpin Arab Saudi. Lebih dari 10 ribu orang terbunuh—kebanyakan akibat serangan udara yang hampir setiap hari terjadi sejak pertempuran dimulai.
"Hanya beberapa fasilitas medis yang masih berfungsi dan dua pertiga penduduknya tidak memiliki akses terhadap air minum yang aman," kata PBB. Sebuah epidemi akhir tahun lalu telah berakhir, tapi wabah kolera di Yaman menjadi lebih sering.
THE ATLANTIC | REUTERS | VOA | SITA PLANASARI AQUADINI