TEMPO.CO, Washington - Presiden Amerika Serikat Donald rump menyatakan akan mempersenjatai para militan Kurdi Suriah, kesmi kerap diprotes Turki.
"Rencana tersebut terkait dengan perjuangan kaum Kurdi merebut kembali Kota Raqqa dari ISIS," kata juru bicara Pentagon, Dana White, yang sedang dalam perjalanan bersama Menteri Pertahanan Jum Mattis di Lithuania, pada Selasa, 9 Mei 2017.
Juru bicara Kementerian Pertahanan (Pentagon) Amerika Serikat mengatakan Kelompok Demokrat Suriah, SDF, yang dimpimpin milisi Kurdi YPG adalah satu-satunya milisi di lapangan yang bisa merebut kubu ISIS di Raqqa dalam beberapa waktu ke depan.
Selain milisi Kurdi, elemen lain dari SDF adalah milisi Arab. Gerak mereka didukung oleh pasukan elite militer AS dan didukung dengan serangan udara koalisi negara-negara pimpinan pemerintah di Washington.
SDF saat ini tengah bertempur dengan milisi ISIS untuk menguasai Tabqa, kota berjarak 50 km dari Raqqa yang dimanfaatkan ISIS sebagai pusat komando.
Sumber BBC di Pentagon mengatakan bahwa perlengkapan yang dipasok AS mencakup amunisi, senjata mesin, senjata mesin ukuran berat, kendaraan lapis baja dan peralatan konstruksi seperti buldoser.
Sumber ini juga mengatakan bahwa AS ‘akan berupaya menarik kembali peralatan dan perlengkapan tersebut’.
Belum diputuskan kapan persenjatan ini mulai diserahkan ke SDF.
Turki, negeri yang telah lama berseteru dengan Kurdi, keberatan atas niat Amerika tersebut. Sejak 1984, pasukan Turki berperang melawan pemberontak Kurdi di wilayah tenggara negeri itu.
White, mengatakan pihaknya memahami kekhawatiran keamanan yang disampaikan pemerintah Turki.
"Kami ingin meyakinkan kembali rakyat maupun pemerintah Turki bahwa AS ingin mencegah serangan dan melindungi sekutu kami, NATO," tuturnya.
MIDDLE EAST MONITOR | BBC | CHOIRUL AMINUDDIN