TEMPO.CO, Paris - Calon Presiden Prancis Pro Uni Eropa Emmanuel Macron diprediksi bakal menjadi presiden ke-25 Prancis setelah mengalahkan calon presiden dari Partai Front Nasional Prancis Marine Le Pen. Dalam jejak pendapat Ahad malam, IFOP dan Kantar-Sofres merilis Macron mengamankan 65,5 persen suara dibandingkan 34,5 persen suara yang didapat Le Pen.
Perhitungan serupa dirilis oleh Harris Interactive yang menunjukkan Macron memperoleh 66,1 persen suara dibandingkan 33,9 persen suara untuk Le Pen. Berdasarkan keterangan Kementerian Dalam Negeri hingga pukul 17.00 waktu setempat, jumlah pemilih yang masuk tercatat 65,30 persen. Angka tersebut masih lebih rendah dibandingkan dengan 71,96 persen pada 2012 dan 75,11 persen pada 2007.
Baca: Macron, Politikus Muda yang Diunggulkan Menangi Pilpres Prancis
Seperti dilansir situs berita CNBC, Ahad, 7 Mei 2017, Le Pen mengakui kekalahan dalam sebuah panggilan telepon sekitar pukul 10.00 waktu setempat. Dalam sebuah pidato di markas kampanyenya, Le Pen meminta pendukungnya bergabung dalam sebuah gerakan baru.
Macron, 39 tahun, bakal ditetapkan menjadi Presiden Termuda Prancis untuk mendorong kerja sama negara-negara di Eropa. Macron diharapkan mendorong negosiasi terkait jalan keluar adanya persoalan blok perdagangan. Di sisi lain, pada masa kampanye, kandidat Le Pen telah menganjurkan untuk meninggalkan mata uang euro yang digunakan Uni Eropa.
Baca: Le Pen, Singkirkan Ayah Demi Elektabilitas Partai Kanan Prancis
Seorang juru bicara untuk Macron’s En Marche mengklaim hasil ini dramatis ketika calonnya mendapat serangan peretas anonim yang besar dan terkoordinasi. “Ini datang di ujung periode kampanye yang dramatis yang memperlihatkan serangkaian skandal, demonstrasi, berita, dan pasar yang ganas,” katanya dilansir CNBC.
Perancis memiliki jumlah penduduk sekitar 64,89 juta orang. Menurut perkiraan terbaru dari Perserikatan Bangsa-Bangsa, terdapat sekitar 47 juta orang berhak memilih dalam pemilihan umum, Ahad kemarin.
ARKHELAUS W. | CNBC