TEMPO.CO, Washington - Parlemen Amerika Serikat atau Kongres telah menyetujui sanksi terbaru terhadap Korea Utara, khususnya menyangkut industri perkapalan dan buruh ilegal dari negara itu.
Keputusan diambil setelah ketegangan berkelanjutan kedua negara yang dipicu program uji senjata balistik dan nuklir Korea Utara.
Rancangan undang-undang ini bertujuan menggagalkan ambisi Korea Utara dengan membatasi penyaluran uang kepada rezim itu, yang digunakan untuk membiayai program.
Baca: Korea Utara Tembakkan Nuklir Jika Agresi Amerika Berlanjut
Sanksi itu menghalangi kapal Korea Utara atau negara yang menolak mematuhi pembatasan Perserikatan Bangsa-Bangsa beroperasi di perairan AS atau berlabuh di pelabuhan di negara itu.
Baca Juga:
Sementara itu, produk diproduksi oleh buruh paksa, khususnya dari Korea Utara, juga dilarang memasuki Amerika Serikat. Setiap negara yang mempekerjakan pekerja dari Korea Utara juga dikenai sanksi itu berdasarkan Akta Kuasa Ekonomi Bencana Nasional.
Ketua Komite Urusan Luar Negeri, Ed Royce, mengatakan rezim Korea Utara memperoleh uang miliaran setiap tahun, ketika rakyat mereka yang bekerja di luar negeri mengirim gaji diterima ke Pyongyang.
"Uang inilah yang digunakan oleh Kim Jong-un untuk mengembangkan program senjata dan nuklir, selain digunakan untuk membayar gaji jenderal militer untuk membeli kesetiaan mereka terhadap rezimnya yang kejam."
Ini adalah informasi diungkapkan rakyat negara itu yang membelot, maka mari kita kecilkan dompetnya , "katanya.
Baca: Amerika Ingin Masalah Korea Utara Diselesaikan Melalui Diplomatik
Seperti yang dilansir Fox News Jumat 5 Mei 2017, RUU tersebut disetujui setelah mendapat dukungan dari 419 anggota parlemen dan hanya satu yang menolaknya. Selanjutnya RUU akan diserahkan ke Senat untuk disetujui menjadi UU.
Uji coba rudal balistik dan nuklir Korea Utara dilarang oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa karena dipandang sebagai pelanggaran hukum internasional. Serangkaian sanksi telah diberikan sebelumnya, namun belum bisa mengekang pengembangan nuklir Pyongyang.
Amerika Serikat dan sekutunya Korea Selatan adalah negara yang paling merasa terancam dengan nuklir Korea Utara. Sehingga telah meningkatkan ketegangan yang berlanjut pada ancaman penggunaan kekuatan militer.
Presiden Donald Trump telah mengirim kapal selam bertenaga nuklir dan armada laut penggempur yang dipimpin kapal induk USS Carl Vinson ke perairan Korea.
Korea Utara pekan lalu juga melakukan latihan tembak-menembak berskala besar di pantai timurnya dan mengatakan akan menggunakan senjata nuklir untuk menghancurkan armada laut Amerika Serikat tersebut.
FOX NEWS | THE HILL | CHICAGO TRIBUNE | YON DEMA