TEMPO.CO, Paris -Rakyat Prancis yang akan memberikan suaranya dalam pemilihan presiden atau pemilu pada 23 April 2017 dibanjiri berita-berita palsu melalui media sosial. Sumber berita palsu itu disebut sebagai "memaparkan pengaruh Rusia."
Riset yang dilakukan Universitas Oxford menemukan seperempat dari jaringan berita-berita politik yang dibagikan ke Twitter di Prancis salah informasi.
Baca juga: Menjelang Pemilu, Prancis Waspadai Serangan Teror
Berita-berita yang teridentifikasi palsu itu memang sengaja dibuat dengan mengespresikan pandangan-pandangan yang secara logika cacat begitu juga opini yang dihadirkan berdasarkan fakta-fakta.
Harian Prancis terkemuka Le Monde mendata beberapa berita-berita yang sangat keras telah disebarkan secara luasd melalui media sosial dalam beberapa hari terakhir.
Baca juga: Bertemu Le Pen, Putin: Kami Tidak Cari Pengaruh di Pemilu Prancis
Bahkan satu situs surat kabar memberitakan tentang pengumuman hasil pemilu empat hari menjelang pemilihan. Pemilu Prancis diadakan pada 23 April 2017.
Surat kabar abal-abal itu memberitakan calon presiden dari partai Front Nasional, Marine Le Pen, menang di pemilihan putaran pertama dengan perolehan suara 28.10 per sen dan diikuti oleh calon presiden Emmanuel Macron sebesar 22.83 persen suara.
Isi berita mengklaim kemenangan Le Pen berdasarkan hasil penghitungan suara elektronik dari Amerika Serikat. Padahal pemilihan tahun ini tidak menggunakan pemilihan dengan elektronik. Warga Prancis di Amerika Serikat juga tidak memberikan suaranya sebelum tanggal 22 April.
Berita bohong lainnya terkait pemilu Prancis adalah jajak pendapat palsu yang mengumumkan kandidat presiden Francois Asselineau menang di putaran pertama dengan suara mayoritas, 56.91 persen. Padahal dalam jajak pendapat terbaru, Asselineau meraih satu persen suara.
INDEPENDENT | MARIA RITA