TEMPO.CO, Pyongyang - Mata dunia kini tertuju ke Korea Utara, menyusul rencana uji coba peluncuran senjata nuklir keenamnya. Amerika Serikat, Korea Selatan, Jepang serta Cina telah mempersiapkan segala sesuatunya untuk mengantisipasi hal itu.
Berbagai sanksi dan upaya negosiasi untuk mengekang program nuklir negara komunis itu selama ini telah gagal. Negara pimpinan Kim Jong-un tersebut tetap melanjutkan programnya.
Baca juga: Pence Ingatkan Korea Utara Tak Uji Kesabaran Amerika
Berikut jejak sejarah program pengembangan senjata nuklir Korea Utara.
1950an - Program nuklir Korea Utara dimulai.
Uni Soviet dilaporkan membantu Korea Utara untuk mengembangkan program nuklir sebagai sumber energi.
1969 - Korea Utara mengembangkan senjata nuklir.
Intelijen Cina melaporkan temuan indikasi Pyongyang berupaya untuk membangun senjata nuklir.
1974 - Bergabung dengan Badan Energi Atom.
Korea Utara bergabung dengan Badan Energi Atom Internasional atau IAEA dan mengizinkan badan pengawal internasional memeriksa pekerjaannya.
Baca juga: Semenanjung Korea Tegang, Jepang Segera Evakuasi 57 Ribu Warganya
1985 - Menandatangani perjanjian NPT
Pyongyang menandatangani perjanjian non-proliferasi nuklir atau NPT setelah Rusia menjelaskan bahwa pengembangan nuklir Korea Utara bertujuan untuk menjadi sumber energi terutama listrik.
1986 - Reaktor Nuklir Yongbyon mulai beroperasi.
Reaktor nuklir Korea Utara di Yongbyon mulai beroperasi. Di tempat itu Korea Utara melakukan pengayaan uranium dan fasilitas itu dapat memproduksi plutonium yang akan dijadikan senjata.
1993 - Korea Utara keluar dari NPT.
Pyongyang keluar dari keanggotaan NPT setelah menolak memberikan rincian program nuklirnya kepada IAEA.
1994 - Menandatangani Agreed Framework.
Korea Utara dan Amerika Serikat menandatangani Agreed Framework. Pyongyang setuju untuk membekukan program reaktor nuklinya dan mengembalikan sumber energi kepada energi fosil serta berupaya menormalisasi hubungan politik dan ekonomi dengan Barat. Korea Utara juga setuju mematuhi kewajiban IAEA.
1998 - Klaim situs nuklir rahasia.
Amerika Serikat mengklaim Korea Utara telah mengembangkan senjata nuklir di situs rahasia.
Baca juga: Korea Utara Kembali Luncurkan Rudal, Tapi Gagal
2002 - Melanggar Agreed Framework
Bertentangan dengan perjanjian yang dibuat dengan Amerika Serikat pada 1994, Korea Utara kembali ketahuan melakukan pengayaan uranium dan pengembangan teknologi plutonium. Korea Utara mengatakan kepada diplomat Washington bahwa kegiatan itu bertujuan untuk mengembangkan senjata nuklir.
April 2003 - Kembali menarik diri dari NPT
Agustus 2003 - Menolak menghentikan program pengembangan senjata nuklir.
Perundingan enam negara di Beijing yang diikuti Cina, Korea Utara, Amerika Serikat, Korea Selatan, Rusia dan Jepang. Washington meminta pembongkaran dan menghentikan program nuklir Korea Utara, namun Pyongyang menolak.
Februari 2005 - Menyatakan kepemilikan senjata nuklir
Korea Utara secara terbuka menyatakan memiliki senjata nuklir dan menarik diri dari pembicaraan enam pihak.
Baca juga: Korea Utara Siap Tembakan Nuklir ke Amerika Serikat
September 2005 - Setuju membatalkan program nuklirnya, Korea Utara kembali bergabung dengan NPT
Korea Utara setuju menerima kesepakatan pembicaraan enam pihak yang akan membongkar semua senjata nuklir yang ada dan fasilitas produksi nuklir, bergabung kembali dengan NPT dan memungkinkan IAEA kembali melakukan inspeksi.
Oktober 2006 - Uji coba senjata nuklir pertama
Meskipun telah menyepakati mengehntikan pengembangan senjata nuklir, namun pada saat itu Korea Utara tiba-tiba melakukan uji coba penembakan nuklir pertamanya. Kekuatan ledakan itu diperkirakan kurang dari satu kiloton dan peringatan uji coba diumumkan hanya 20 menit sebelum nuklir diluncurkan.
Pada bulan yang sama dan di tahun yang sama, Korea Utara kembali melakukan uji coba nuklir dan meluncurkan sejumlah rudal balistik jarak pendek. Kekuatan ledakan nuklir hampir mendekati lima kiloton.
Februari 2013 - Uji coba nuklir ketiga.
Ledakan bawah tanah di situs uji coba nuklir Punngye-ri Korea Utara terdeteksi, dengan para ahli memperkirakan ukuran ledakan di antara 6 dan 7 kiloton.
April 2015 - Bukti Rekator Nuklir Yongbyon kembali dibangun.
Gambar satelit menunjukkan bahwa reaktor di Yongbyon, situs nuklir utama Korea Utara, telah kembali dimulai.
Baca juga: Krisis Korea Utara, AS Arahkan Kapal Perang ke Semenanjung Korea
Mei 2015 - Korea Utara klaim memiliki senjata nuklir yang mampu menjangkau wilayah Amerika Serikat.
Desember 2015 - Kim Jong-un klaim berhasil ciptakan bom hidrogen.
Kim Jong-un mengklaim negaranya siap untuk meledakkan bom hidrogen. Pada saat itu, klaim disambut dengan skeptisisme luas di luar negeri.
Januari 2016 - Sukses uji coba bom hidrogen.
Korea Utara mengumumkan sukses melakukan tes bom hidrogen. Pengumuman itu datang tak lama setelah terjadi getaran menyerupai gempa bumi buatan dengan pusat getaran terletak di Punggye-ri, situs uji coba nuklir resmi negara itu.
September 2016 - Uji coba nuklir kelima dan terkuat Korea Utara.
Korea Utara melakukan uji coba nuklir kelima yang paling kuat hingga saat ini. Sumber-sumber militer Korea Selatan mengatakan monitor mendeteksi gempa buatan berkekuatan 5,3 skala Richter di dekat situs nuklir utama Korea Utara.
April 2017 - Uji coba rudal baru.
Korea Utara menembakkan empat rudal balistik yang tiga di antaranya jatuh di zona ekonomi eksklusif Jepang . Uji coba itu dilakukan menjelang KTT Amerika Serikat - Cina yang bertujuan untuk membatasi program senjata nuklir Pyongyang.
TELEGRAPH|YON DEMA