TEMPO.CO, ROMA—Setahun lalu Paus Fransiskus mengajak 12 pengungsi Suriah saat berkunjung ke kamp penampungan pengungsi di Pulau Lesbos, Yunani.
Setelah melalui jalan terjal dari konflik berkepanjangan Suriah, kemudian tinggal di kamp kumuh Yunani, lantas bagaimana nasib mereka di Italia?
Baca: Kembali ke Vatikan Paus Francis Bawa 12 Migran
Nour, 32 tahun, mengenang malam yang mengubah nasib mereka ketika Paus Fransiskus menawarkan masa depan baru di Roma.
“Kami tak memiliki banyak waktu untuk berpikir," kata Nour kepada AFP, Jumat 14 April 2017.
Nour meninggalkan konflik Suriah bersama suaminya, Hassan. Pasangan ini sejatinya hendak menuju Prancis karena Nour memiliki gelar pascasarjana bidang mikrobiologi dari Universitas Montepellier.
Tapi ketika tawaran datang dari Paus untuk hijrah ke Italia, mereka segera meraihnya.
Kini Nour bekerja sebagai pakar biologi di Rumah Sakit Bambino Gesu di Roma. Sedangkan Hassan yang dulu bekerja sebagai tukang taman profesional di Suriah, kini bekerja sebagai tenaga pembantu di sebuah toko.
“Memang saya khawatir tentang pekerjaan Hassan. Tapi hal ini juga dialami semua warga Italia,” ujar Nour dalam bahasa Italia.
Kunjungan Paus Fransiskus ke Yunani setahun lalu itu ditujukan untuk memperlihatkan kepada dunia masib ratusan ribu pengungsi Timur Tengah yang terdampar di pesisir Eropa.
Baca: Paus Fransiskus Menjamu 300 Tunawisma dan Pengungsi
Apalagi, Paus Fransiskus sudah menjadikan masalah pengungsi ini sebagai salah satu program kepausannya.
Saat itu, Vatikan membiayai tiga keluarga Muslim Suriah untuk dititipkan kepada komunitas Katolik Sant'Egidio yang mengelola koridor kemanusiaan dan sudah menampung 700 pengungsi Suriah.
Setibanya di Italia, ke-12 pengungsi itu langsung mendapatkan akomodasi, mendapatkan pelajaran bahasa Italia intensif, dan anak-anak mereka didaftarkan ke sekolah.
Mereka, termasuk keluarga Nour, langsung mendapatkan status pengungsi dalam beberapa bulan di Italia dan mulai menikmati hidup yang damai.
“Saya bahagia anak saya memperoleh kesempatan seperti anak-anak lainnya,” tutur Nour sambil memandangi Rian, 3 tahun, yang tengah menyantap es krim strawberry.
AFP | THE NATION | SITA PLANASARI AQUADINI