TEMPO.CO, Damaskus - Pemimpin militer Rusia dan Iran berikrar akan setia mengawal Presiden Suriah Bashar Al-Assad, sehari setelah serangan Amerika Serikat di pangkalan udara negara itu dengan alasan membalas serangan gas kimia di Provinsi Idlib.
Seperti dilansir Daily Mail Sabtu 8 April 2017, Jenderal Valery Gerasimov dan Mayor Jenderal Mohammad Bagheri mengutuk tindakan Amerika Serikat sebagai agresi terhadap sebuah negara yang merdeka.
Rusia dan Iran adalah sekutu dekat Presiden Bashar al-Assad yang menyebut semua penentang rezim sebagai 'teroris.'
Baca: Kapal Perang Rusia Bergerak ke Arah Kapal AS yang Serang Suriah
Kapal perang Amerika di Mediterania meluncurkan 59 rudal di pangkalan udara Shayrat pada Jumat pagi, setelah 87 orang, termasuk 31 anak-anak tewas dalam serangan kimia di daerah yang dikuasai pemberontak di Khan Sheikhun, Idlib.
Ini adalah tindakan militer pertama langsung oleh Washington terhadap pemerintah Bashar sejak Donald Trump dilantik sebagai presiden Amerika Serikat pada akhir Januari lalu.
Serangan udara kedua di kota yang sama wilayah barat laut Idlib pada Sabtu menyebabkan seorang wanita tewas, lapor Pemantau Hak Asasi Manusia Suriah atau SOHR yang berbasis di Inggris.
Namun, SOHR tidak yakin apakah serangan itu dilakukan oleh tentara Suriah atau Rusia.
Pemantau juga melaporkan serangan udara di Urum al-Joz, yang diyakini dilakukan pesawat tempur Rusia pada hari yang sama, membunuh 18 warga sipil termasuk lima anak-anak.
Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov menuduh Washington memainkan permainan terorisme, dalam percakapan telepon pertama dengan koleganya dari Amerika Serikat, Rex Tillerson, sejak serangan udara Amerika di Suriah.
Lebih dari 320 ribu orang telah tewas di Suriah sejak konflik meletus pada Maret 2011 akibat demonstrasi anti-pemerintah dibalas dengan tindakan represif oleh pemerintahan Assad.
AL-ARABIYA | DAILY MAIL | YON DEMA