TEMPO.CO, New York - Amerika Serikat, Jumat, 7 April 2017, mengeluarkan ancaman akan melakukan aksi militer lagi menyusul gempuran misil ke pangkalan militer Suriah, Kamis, 6 April 2017.
Bombardir AS yang dilancarkan melalui kapal perang tersebut terkait dengan dugaan penggunaan senjata kimia pasukan pemerintah Suriah ke kota yang dikuasai pemberontak di Provinsi Idlib.
"Akibat serangan senjata kimia lebih dari 86 orang, termasuk 27 anak tewas," kata lembaga pemantau hak asasi manusia berbasis di London, Observatory.
Kementerian Pertahanan AS di Pentagon mengatakan, AS menembakkan 59 rudal jelajah Tomhawk dari dua kapal perusak USS Ross dan USS Porter di Provinsi Homs.
"Amerika Serikat mengambil langkah sangat terukur dalam serangan Kami malam," kata duta besar AS Nikki Haley kepada Dewan Keamanan PBB.
"Kami siap melakukan lebih dari itu, tetapi kami berharap tidak melakukannya," ucapnya.
Dewan Keamanan PBB melalukan pertemuan darurat guna membahas aksi AS di Suriah yang dicap Rusia sebagai sebuah pelanggaran mencolok terhadap hukum internasional dan agresi terhadap Suriah.
Haley mengatakan, serangan udara AS berhasil menghancurkan lapangan udara yang diyakini sebagai tempat melancarkan serangan gas kimia ke kota pemberontak Khan Sheikhoun di Provinsi Idlib.
"Kami sangat yakin apa yang kami lakukan dapat dibenarkan," jelas Haley. Dia melanjutkan, "AS tidak akan menunggu Assad menggunakan senjata kimia tanpa menerima konsekwensi."
Syrian Observatory for Human Rights mengatakan sedikitnya 86 orang termasuk 27 anak tewas akibat serangan gas beracun. AS menuding pelaku serangan adalah pasukan Presiden Bashar al-Assad.
AL JAZEERA | CHOIRUL AMINUDDIN