TEMPO.CO,London -Dalam tempo 24 jam, beberapa intelijen menyampaikan serangkaian peringatan kepada Inggris tentang teroris menemukan cara untuk lolos dari pemindaian aparat keamanan di bandar udara dan di fasilitas pembangkit tenaga nuklir.
Oleh karenanya, Inggris telah memerintahkan pengetatan keamanan di bandar udara dan fasilitas pembangkit nuklir Inggris, seperti dikutip dari Daily Mail, 2 April 2017.
Baca Juga:
Selain itu, merebak pula ketakutan atas teroris ISIS yang diduga meletakkan bom di dalam telepon seluler dan laptop yang tidak dapat dipindai oleh alat pemeriksaan keamanan.
Baca juga: Australia Perketat Pemeriksaan Penerbangan dari Timur Tengah
Informasi intelijen ini diduga yang membuat Inggris dan Amerika melarang penumpang membawa laptop dan peralatan elektronik lainnya ke dalam kabin pesawat. Larangan ini berlaku untuk penumpang dan pesawat yang berasal dari Turki, Libanon, Yordania, Mesir, Tunisia, dan Arab Saudi.
Para pejabat keamanan khawatir teroris telah mempelajari peralatan pemindai keamanan bandara. Lalu menemukan cara untuk menanam bom dalam kompartemen bateri laptop, salah satunya.
Kasus teroris menanam bahan peledak di dalam peralatan elektronik pernah terjadi di Mogadishu. Pemberontak al-Shabaab menyelundupkan bahan peledak di dalam laptop untuk diterbangkan ke luar Mogadishu.
Baca juga: Fakta Ini Jadikan Birmingham Sarang Teroris Inggris
Laptop itu meledak di dalam pesawat yang syukurnya belum terbang tinggi, sehingga pilot dapat kembali mendarat aman di bandara.
Menurut Direktur Jenderal Asosiasi Transportasi Udara Internasional Alexandre de Juniac, larangan yang dibuat Amerika dan Inggris bukan bersifat permanen.
"Bahkan dalam jangka pendek, sulit memahami efektifnya, Dan distorsi komersial yang mereka ciptakan sangat parah," kata Juniac.
Selain Amerika Serikat dan Inggris, Australia juga telah mengeluarkan perintah meningkatkan keamanan saat memeriksa barang-barang penumpang dari Timur Tengah. Namun Australia tidak memberlakukan larangan membawa laptop ke dalam kabin pesawat.
DAILY MAIL | MARIA RITA