TEMPO.CO, KAIRO—Kelompok ekstrimis Negara Islam Irak dan Suriah atau ISIS dilaporkan memenggal dua pria tua di Semenanjung Sinai Mesir karena dituduh sebagai dukun dan melakukan praktik sihir.
Seperti dilansir Reuters, Rabu 29 Maret 2017, video pemenggalan diposting melalui media sosial, Telegram, yang biasa digunakan ISIS.
Baca: ISIS Penggal Kepala Wanita di Suriah untuk Pertama Kali
Video itu memperlihatkan dua pria lanjut usia yang mengenakan seragam tahanan warna oranye. Keduanya dibawa keluar dari sebuah mobil van warna hitam dan dibawa ke gurun, yang menjadi lokasi pemenggalan mereka.
Salah satu militan membacakan vonis mati dari pengadilan syariah untuk kedua pria itu. "Murtad, perdukunan, mengklaim bisa meramal masa depan dan membawa orang-orang ke politeisme," kata seorang militan soal pelanggaran yang dilakukan kedua pria tersebut.
ISIS kerap menggunakan istilah perdukunan dan murtad untuk merujuk pada ajaran Sufi atau Tasawuf yang sudah dipraktikkan selama berabad-abad.
"Syukur kepada Tuhan yang telah mengizinkan prajurit Daulah Islamiyah di Sinai menerapkan hukum dan menjalankan agama di tengah orang kafir, murtad dan Yahudi yang penuh kedengkian," ujar salah satu militan ISIS dalam video itu.
Dalam video itu pula, militan ISIS terlihat menyita beberapa truk penuh rokok dan narkoba lalu membakarnya. Militan ISIS juga terlihat membagi-bagikan pamflet berisi imbauan keagamaan kepada para pengendara di Sinai.
Baca: ISIS Unggah Video Pemenggalan Jurnalis Jepang
Mereka juga menggerebek pertemuan penganut Sufi dan menangkap sejumlah pria di antaranya. Tidak hanya itu, militan ISIS juga terlihat menghancurkan sejumlah televisi dan juga makam yang disebut tidak sesuai dengan hukum Islam.
Video ini sejatinya menunjukkan pembentukan unit polisi syariah bernama Hasbah di Sinai utara. ISIS memiliki cabang di wilayah Semenanjung Sinai yang rawan konflik.
ISIS membentuk unit polisi syariah yang sama di wilayah Suriah dan Irak yang mereka kuasai. Cabang ISIS di Mesir mulai menunjukkan tanda-tanda perluasan target serangan pada Desember 2016 lalu, saat mengebom sebuah gereja di Kairo hingga menewaskan 28 orang.
Belum ada tanggapan dari militer Mesir maupun Kementerian Dalam Negeri ihwal laporan ini.
REUTERS | AL ARABIYA | SITA PLANASARI AQUADINI