TEMPO.CO, Mosul - Sebanyak 3.864 penduduk sipil tewas di Mosul Barat sejak angkatan bersenjata Irak menggencarkan serangan guna mengusir militan ISIS pada pertengahan Februari 2017.
"Jumlah korban sipil di kawasan tersebut sangat tinggi," kata Brigadir Jenderal Thaer Al-Mousawi kepada kantor berita Turki, Anadolu.
Al-Mousawi menambahkan, selain melumat nyawa, peperangan yang dimulai pertengahan Februari 2017 di Mosul itu mengakibatkan banyak orang melarikan diri ke kamp pengungsi.
"Rumah sakit dipenuhi setidaknya 22 ribu orang cedera," ucapnya.
Mengenai kerusakan material, militer Irak mengatakan, lebih dari 10 ribu rumah penduduk di sebelah barat Mosul rata dengan tanah pada periode yang sama. Al-Mouswi menjelaskan, pasukan Irak saat ini mendorong militan ISIS ke arah Mosul Barat.
Seorang pejabat militer Irak yang tak bersedia disebutkan namanya mengatakan kepada Anadolu, serangan yang dilancarkan oleh pasukan koalisi pimpinan Amerika Serikat pada Rabu, 22 Februari 2017, mangakibatkan 43 penduduk sipil tewas.
Pada hari yang sama, pejabat Irak mengumumkan kepada publik bahwa petugas menemukan 80 mayat warga sipil. Mereka dikeluarkan dari reruntuhan gedung yang dihantam jet tempur.
Sedangkan serangan pada Kamis, 23 Maret 2017, oleh pasukan udara AS terhadap dua kompleks permukiman menewaskan 237 warga sipil.
Serangan terhadap Mosul yang dilancarkan pasukan koalisi sejak Oktober 2016 itu adalah bagian dari upaya pemerintah Irak mengambil alih kembali kota strategis itu dari ISIS.
Militan tersebut menguasai Mosul sejak pertengahan 2014, setelah dua divisi pasukan keamanan Irak lari tunggang langgang meninggalkan kota tersebut karena tak sanggup menghadapi ratusan militan ISIS.
MIDDLE EAST MONITOR | CHOIRUL AMINUDDIN