TEMPO.CO, London - Khalid Masood, 52 tahun, menginap selama beberapa malam di satu hotel bertarif murah di dekat Brighton, London, Inggris, sebelum melakukan aksi teror di jembatan Westminster pada Rabu sore, 22 Maret 2017. Masood sempat beberapa kali berbincang dengan staf Hotel Preston Park, tempat ia menginap.
"London tidak seperti dulu lagi," kata staf hotel itu mengenang ucapan Masood kepadanya seperti dikutip dari Telegraph, Kamis, 23 Maret 2017.
Berita terkait: Siapa Khalid Masood, Pelaku Teror London?
Menurut staf Hotel Preston Park, Masood seorang pribadi yang baik dan sopan. Masood sempat bercerita dia tinggal di sebuah apartemen di Birmingham dan hendak ke London.
Masood menginap di Hotel Preston Park dengan kamar nomor 228. Harga kamar per malam yang ditempati Masood seharga 59 pound sterling atau Rp 981 ribu per malam.
Saat meninggalkan hotel, Masood bahkan pamit untuk pergi ke London. "Dia berbicara dengan dialek Inggris yang kental, meskipun berkulit gelap dan berjanggut lebat," kata staf hotel itu.
Berita terkait: Teror London Bertepatan Setahun Teror Bom di Belgia
Penjelasan staf hotel itu dibuat setelah polisi datang ke hotel itu untuk meminta keterangan.
Polisi dilaporkan menyelidiki Hotel Preston Park pada Rabu malam, 22 Maret 2017, setelah menemukan tanda terima di mobil yang dikendarai Masood yang digunakan untuk membantai para pejalan kaki di Jembatan Westminster. Lima orang tewas dan puluhan orang terluka.
Berdasarkan penyelidikan polisi, Masood menyewa kamar di hotel itu sebanyak dua kali, yakni pada Jumat pekan lalu dan Selasa, 21 Maret.
Berita terkait: ISIS Klaim Bertanggung Jawab atas Teror London
Polisi masih menyelidiki motif aksi teror Masood tersebut. Sejauh ini polisi juga telah menangkap lebih dari delapan orang yang diduga terkait dengan serangan tersebut.
Selama lima atau enam tahun terakhir, Masood bersama istrinya yang berusia 39 tahun, dan anak-anak mereka, kerap tinggal berpindah-pindah. Berdasarkan catatan daftar pemilih tetap, menunjukkan ia tinggal di daerah di Birmingham yang terkenal menjadi kantong ekstremisme.
Namun tidak ada catatan aparat Inggris tentang keterlibatan Masood dalam pelanggaran terorisme.
Seorang mantan tetangganya bahkan tidak percaya ia dapat melakukan kejahatan itu, karena menurut mereka, Masood adalah sosok yang baik dan ramah.
TELEGRAPH | YON DEMA