TEMPO.CO, Singapura - Singapura secara mengejutkan mampu menyalip Silicon Valley di Amerika Serikat sebagai negara yang memberi iklim lingkungan terbaik untuk mengembangkan bakat merintis usaha atau startup.
Laporan tersebut didapat berdasarkan survei terhadap 10 ribu pendiri perusahaan startup dari 100 kota besar dari 50 negara oleh Startup Genome berjudul Global Startup Ekosistem dan Ranking 2017 dengan melihat kinerja secara keseluruhan, dana, jangkauan pasar, bakat dan pengalaman.
Baca juga: Yansen Kanto dan Mimpi Lahirkan 1.000 Startup
Secara keseluruhan Silicon Valley tetap menjadi ekosistem global yang dominan, diikuti oleh New York dan London. Namun Singapura, sebuah negara kecil di Asia Tenggara berhasil mengungguli nama-nama top di dunia untuk kategori bakat atau tenaga ahli pekerja profesional, mengutip dari Channel News Asia, 21 Maret 2017.
Tingkat pengalaman dari pekerja di di bidang startup Singapura ditemukan relatif kuat, dengan peningkatan sebesar 80 persen dari teknisi dan 74 persen dari kerja tim. Hal itu lebih tinggi dari rata-rata global dimana masing-masing 72 persen dan 60 persen untuk kategori yang sama.
Baca juga: Ini Tantangan Utama Gerakan 1000 Start-up di Indonesia
Meskipun demikian, secara keseluruhan Singapura melorot dua tingkat, dari posisi dari 10 pada 2015 ke posisi 12 pada 2017. Namun dalam laporan itu disebutkan masa depan startup Singapura cukup cemerlang, mengingat letak geografisnya yang berada di tengah-tengah Asia Tenggara, kawasan yang memiliki pangsa pasar potensial.
Singapura juga dianggap lebih efisien soal biaya produksi. Misalnya, rata-rata tenaga kerja di bidang teknisi piranti lunak atau software di Singapura, digaji sebesar US$ 35 ribu atau sekitar Rp 466,6 juta per tahun berada di bawah rata-rata global sebesar US$ 49 ribu atau setara Rp 653,3 juta.
Pendanaan tahap awal per startup di Singapura rata-rata sebesar US$ 276 ribu atau setara Rp 3,68 miliar dibandingkan dengan US$ 252 ribu rata-rata global.
Dan rata-rata pendiri startup yang berbasis di Singapura memiliki usia paling muda di dunia, dengan rata-rata berusia 28 tahun.
Hebatnya lagi, perusahaan Statrup Singapura mempekerjakan sekitar 35 persen imigran dibandingkan dengan rata-rata global yang hanya 19 persen.
CHANNEL NEWS ASIA|YON DEMA