TEMPO.CO, San Jose Pinula—Jumlah korban jiwa akibat kebakaran di panti penampungan anak-anak dan remaja Guatemala bertambah menjadi 34 orang pada Kamis waktu setempat.
Seperti dilansir ABC News, Jumat 10 Maret 2017, setelah 19 korban ditemukan tewas di lokasi, dua rumah sakit yang merawat para korban, San Juan de Dios dan Roosevelt, mengumumkan ada 15 lagi korban yang menghembuskan nafas terakhir karena luka-lukanya sangat parah.
Baca: Dipicu Protes, 19 Remaja Tewas dalam Kebakaran Asrama Guatemala
Surat kabar Prensa Libre melaporkan sebanyak 21 anak-anak lagi berada dalam kondisi kritis dengan luka bakar tingkat dua dan tiga di sekitar 50 persen tubuh mereka.
"Peluang rendah buat anak-anak yang dibawa ke dua rumah sakit akan selamat," harian tersebut melaporkan dengan mengutip pejabat rumah sakit..
Api mulai menyala pada Selasa larut malam di tempat penampungan Virgen de la Asuncion di San Jose Pinula, 25 kilometer sebelah tenggara ibu kota Guatemala.
Anak-anak membuat kerusuhan di tempat penampungan itu untuk memprotes perlakuan buruk dilaporkan membakar kasur dan api dengan cepat menyebar di instalasi tersebut.
Rabu malam di tempat jenazah, Patricia Ramirez mengatakan cucunya, Achly Gabriela Mendez Ramirez, 15 tahun, menjadi salah satu korban tewas. Ibu Achly berhasil mengidentifikasinya, tetapi pemerintah menolak melepaskan jenazah hingga ada tes DNA.
Piedad Estrada, seorang pedagang kaki lima, tiba di rumah sakit membawa foto anaknya yang berusia 16. Estrada mengatakan putrinya tengah hamil dan tinggal di panti karena melarikan dari rumah sembilan hari sebelum insiden terjadi.
“Mereka mengambilnya hanya untuk membakarnya,” tutur Estrada. “Saya menyalahkan pemerintah atas kejadian ini.”
Surat kabar Prensa Libre menyatakan cerita mengenai pelecehan muncul setelah tragedi tersebut, termasuk pelecehan seksual, kekerasan, narkotika dan penyelewengan.
Tempat penampungan di Guatemala tersebut dirancang untuk menampung 500 anak, terutama anak perempuan dari keluarga yang berantakan atau mengalami pelecehan. Tapi pemerintah mengakui sebanyak 800 anak dan remaja tinggal di sana saat insiden terjadi.
Jorge de Leon, jaksa khusus hak asasi manusia Guatemala mengatakan bahwa 102 anak berhasil menyelamatkan diri dari kebakaran, sementara sebagian besar lainnya melarikan diri.
“Berdasarkan laporan sejumlah anak, mereka kerap dirisak oleh anak-anak yang lebih tua,” tulis de Leon. “Mereka juga mengeluhkan minimnya makanan serta kualitas makanan yang buruk.”
ABC NEWS | REUTERS | AP | CBS NEWS | SITA PLANASARI AQUADINI