TEMPO.CO, Washington—Seorang staf Muslim Gedung Putih mundur dari pekerjaannya, delapan hari setelah Donald Trump mulai bekerja sebagai Presiden Amerika Serikat ke-45. Seperti dilansir CBS, Ahad 26 Februari 2017, Rumana Ahmed, staf Badan Keamanan Nasional (NSC) selama masa Presiden Barack Obama, mengatakan ia sebenarnya tak ingin mundur.
“Pemerintahan Trump dapat memanfaatkan masukan dari seorang perempuan kulit berwarna Muslim sekaligus patriot Amerika,” kata Ahmed kepada CBS News. Sebagai karyawan, dan bukan posisi politik, Ahmed dapat bekerja di bawah pemerintahan siapa pun.
Baca: Penyihir di Seluruh AS Bersatu Mantrai Presiden Donald Trump
Namun perempuan keturunan Bangladesh ini jengah menghadapi rezim Trump yang dinilainya otoriter. “Saya kerap memperoleh pandangan ‘Oh Tuhan, saya terkejut kamu masih di sini’,” ujar Ahmed. “Tapi banyak pula yang mengabaikan saya dan bahkan tidak menganggap saya ada.”
Situasi di internal Gedung Putih semakin meresahkan bagi Ahmed dan staf lain karena keputusan-keputusan penting dilakukan secara terpusat di Sayap Barat atau West Wing.
Keputusan larangan masuk bagi imigran dari tujuh negara mayoritas Muslim, menjadi momentum bagi Ahmed untuk mundur. “Berjalan memasuki Gedung Putih menjadi sulit setiap hari, karena apa yang dilakukan rezim ini bertetangan dengan keyakinan saya sebagai warga Amerika dan Muslim.”
Pihak Gedung Putih menolak menanggapi wawancara Ahmed dengan CBS News. Alih-alih mereka menngatakan mendoakan yang terbaik bagi Ahmed.
THE INDEPENDENT | CBS NEWS | SITA PLANASARI AQUADINI