TEMPO.CO, Kota Kansas--Korban selamat dalam sebuah penembakan di sebuah bar di Kota Kansas, Negara Bagian Kansas, Amerika Serikat, menduga serangan ini dipicu oleh kejahatan kebencian.
Seperti dilansir New York Daily News, Sabtu 25 Februari 2017, Alok Madasani, satu dari dua korban penembakan yang juga warga India, menyebut Adam Purinton, 51 tahun, teroris kulit putih yang juga pelaku menanyakan tentang visa mereka sebelum menembak.
Baca: Pelaku Penembakan Florida AS Beridentitas Militer
“Dia menanyakan jenis visa kami, dan apakah kami tinggal di AS secara ilegal,” kata Madasani pada Jumat malam waktu setempat.
Madasani, 32 tahun dan Ian Grillot, 24 tahun terluka dalam penembakan di Austins Bar and Grill, Olathe, Kansas pada Rabu lalu. Rekan Madasani, Srinivas Kuchibhotla, 32, tewas dalam serangan itu.
Kuchibhotla dan Madasani, insinyur asal India, memiliki visa H1B dan bekerja secara legal di AS.
Madasani menambahkan, Purinton berulang kali melecehkan mereka dengan kata-kata kasar. Tetapi korban tak menggubris.
Madasani yang kemudian menjadi tidak sabar, melaporkan pelaku kepada manajer bar, tetapi pria itu telah diusir ketika ia kembali.
Namun, Purinton yang nekat, kembali ke bar sekitar pukul 7 malam dan menembak kedua korban sambil berteriak, “pergi dari negaraku.”
Grillot, salah satu korban yang berusaha mencegah aksi pelaku, ditembak di tangan dan dada.
Madasani telah diperbolehkan pulang dari rumah sakit, sedangkan Grillot masih harus dirawat karena lukanya cukup serius.
Purinton kemudian ditangkap pada Kamis dini hari di restoran Applebee, setelah bartender menelepon polisi karena pria itu mengaku telah menembak orang.
Ia telah didakwa dengan pembunuhan berencana. Tetapi kepolisian Kansas menuai kritik karena belum memutuskan menjerat Purinton dengan kejahatan karena kebencian. Purinton diajdwalkan akan hadir di pengadilan pada Snein waktu setempat.
Dewan Hubungan Amerika Islam (CAIR) mendesak pemerintah untuk memasukkan kasus ini dalam kejahatan kebencian. “Sebagai pesan keras bahwa kekerasan yang menargetkan pemeluk agama dan etnis minoritas tak bisa ditoleransi.”
NEW YORK DAILY NEWS | NEW YORK TIMES | SITA PLANASARI AQUADINI