TEMPO.CO, Jakarta - Doktor Ilmu Biomedik Fakultas Kedokteran UI, Wawan Mulyawan mengatakan, dengan dikonfirmasinya zat pembunuh Kim Jong-Nam adalah gas saraf VX, maka tidak diragukan bahwa upaya pembunuhan kakak tiri Presiden Korea Kim Jong-un itu telah direncanakan sebelumnya.
“Saya kira, dengan dikonfirmasikannya bahwa zat pembunuh Kim Jong Nam adalah gas saraf VX (nerve agent), maka dari aspek biosecurity tidak diragukan lagi bahwa ini merupakan upaya pembunuhan yang sangat dipersiapkan,” ujar Wawan Mulyawan dalam pesan tertulisnya, Sabtu, 25 Februari 2017.
Baca juga: Dicari, Siapa Produsen Racun VX Pembunuh Kim Jong-nam?
Menurut Wawan, sulit membayangkan aksi dua orang agen lapangan seperti yang tampak pada CCTV Bandara Internasional Kuala Lumpur (KLIA) merupakan aksi amatir yang diperalat oleh agen asli.
Ini karena gas VX dilarang sesuai Konvensi Senjata Kimia tahun 1993, karena bisa digunakan sebagai senjata pemusnah massal, yang diduga digunakan dalam perak Iran - Irak tahun 1980-1988.
“Gas VX merupakan gas yang sangat mematikan, produksinya sulit, ketersediaannya di dunia sedikit, kecuali memang ada negara yang merencanakannya untuk digunakan sebagai senjata kimia, serta karena merupakan gas maka penyimpanannya sulit,” ucap Wawan.
Kelebihan gas VX dalam hal mematikan adalah dosis letal atau jumlah takaran zat untuk dapat menyebabkan kematian sangat kecil. Cukup dengan 10-15 miligram sudah dapat membunuh seorang manusia, hanya dengan disemprotkan ke kulit.
Selain itu juga, zat ini tidak berwarna dan berbau. “Tentu saja sulit dikenali jika disemprotkan ke kulit atau ke wajah, sebelum efeknya yang mematikan tadi itu muncul,” tuturnya.
Simak juga: Siti Aisyah Bertemu KBRI, Ini Pengakuannya Soal Pembunuhan
Namun demikian, menurut Wawan dengan menduga bahwa yang digunakan untuk membunuh Kim Jong Nam serta merta adalah gas saraf VX juga tidak cukup sederhana. Karena, dalang pembunuhan akan sulit menyerahkan alat pembunuh super powefull itu ke pembunuh amatir tanpa pelatihan khusus yang detail dan benar.
“Salah-salah malah sudah gagal operasi intelejen ini sebelum disemprotkan ke obyek pembunuhan. Belum lagi karena demikian cepat waktu untuk mematikannya, yakni detik sampai dengan beberapa menit untuk semprotan ke kulit, tentu pelaku akan cepat diketahui dan ditangkap di TKP,” ucap Wawan.
DESTRIANITA