TEMPO.CO, Banjul – Gambia, negeri di Afrika Barat, memulai era demokrasi baru setelah Adama Barrow dilantik sebagai presiden. Dia bertekad mengakhiri pelanggaran hak asasi manusia di negaranya dan memerintahkan pembebasan seluruh tahanan yang dipenjara tanpa proses peradilan.
”Perintah saya jelas, bebaskan seluruh tahanan yang dibui tanpa diadili,” ucap Adama dalam pidato pelantikan di Stadion Kemerdekaan di Bakau, Sabtu, 18 Februari 2017.
Kota Bakau terletak di sekitar 20 kilometer dari Ibu Kota Banjul.
Berita terkait:
Kabur, Bekas Presiden Gambia Bawa Uang Negara Rp 147,1 M
Porsche, Mercedes Dibawa Kabur Eks Presiden Gambia
Selanjutnya, sebanyak 171 tahanan di lembaga pemasyarakatan Mile 2 yang dikenal sebagai penjara ganas, dibebaskan semua. Bahkan di antara mereka ada yang mendekam dalam kerangkeng besi selama 22 tahun tanpa diadili di masa pemerintahan Presiden Yahya Jammeh.
Di masa pemerintahan Jammeh, siapa pun yang memiliki pandangan berbeda bakal mengalami penghilangan paksa dan penahanan tanpa pengadilan. Dia juga menciptakan iklim ketakutan.
Ratusan orang dipenjara karena perbedaan pandangan politik, serta ribuan orang dipaksa meninggalkan negara.
“Ini adalah sebuah hari kemenangan bagi para politikus Gambia yang selama beberapa dekade dihadapkan pada penahanan dan intimidasi dari pasukan keamanan,” kata Nicolas Haque dari Aljazeera yang melaporkan dari ibu kota, Banjul.
“Di antara anggota kabinet baru Gambia ada beberapa pria dan wanita yang pernah menghabiskan beberapa waktu di penjara Mile 2,” ucapnya.
ALJAZEERA | CHOIRUL AMINUDDIN