TEMPO.CO, Mazar-i-Sharif – Gerombolan pria bersenjata menculik 52 petani dari tiga desa di Provinsi Jowzjan, Afganistan. Para petani merupakan komunitas Uzbekistan yang minoritas di Afganistan.
Belum diketahui motif dari penculikan puluhan petani oleh gerombolan pria bersenjata itu. Mereka diculik saat masih bekerja di lahan mereka yang terpencil.
Baca juga:
Tak Pernah Dijajah, Taliban Membuat Afganistan Terpuruk
Dubes Afganistan: Negeri Kami Sedang Berbenah
Polisi di Jowzjan menuding Taliban sebagai pelaku penculikan. “Taliban bertanggung jawab atas tindakan ini, karena mereka yang di sana,” kata Mohammad Riza Ghori, juru bicara polisi di Jowzjan, seperti dikutip dari Channel News Asia, 15 Februari 2017.
Sejumlah orang tua dari Darz Ab, distrik yang memayungi tiga desa tempat tinggal 52 petani itu, bersama kepala kepolisian setempat berusaha melakukan pembicaraan dengan Taliban untuk membebaskan seluruh petani yang diculik. “Jika tidak, kami akan melakukan operasi,” kata Ghori.
Juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid, mengatakan dirinya mengetahui laporan ini tapi belum bisa memastikannya. Dia masih mengumpulkan informasi.
Pekan lalu, enam pekerja Palang Merah Internasional dibunuh di Jowzjan. Saat itu, keenam pekerja tersebut sedang memberikan bantuan darurat setelah badai salju menerjang Jowzjan.
Dua pekerja Palang Merah Internasional lainnya diculik. Palang Merah Internasional menghentikan sementara operasinya di Afganistan setelah peristiwa pembunuhan dan penculikan pekerjanya.
Dalam peristiwa ini, pemerintah Afganistan menuding Taliban sebagai pelakunya. Ghori meyakini pelakunya bukan ISIS. Alasannya, tidak ada bukti ISIS sudah berada di kawasan itu.
CHANNEL NEWS ASIA | REUTERS | MARIA RITA