TEMPO.CO,Kota Quebec—Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau meneteskan air mata saat menghadiri pemakaman tiga dari enam korban penembakan di Masjid Quebec.
Seperti dilansir The Toronto Star, Ahad 5 Februari 2017, Trudeau hadir bersama ribuan orang termasuk pejabat dan tokoh masyarakat Kanada di gedung pertemuan Kota Quebec pada Jumat waktu setempat.
Baca: Teroris Penembak Masjid Kanada Didakwa Enam Pembunuhan
Keenam korban tewas dibunuh oleh teroris kulit putih pada Ahad malam pekan lalu.
Dalam pidatonya, Trudeau menghimbau seluruh tokoh masyarakat untuk berhati-hati dalam mengeluarkan pernyataan melalui media.
“Para tokoh, baik politikus, pembawa acara televisi dan radio maupun tokoh lain, harus menyadari bahaya yang dapat diakibatkan oleh pernyataan mereka,” kata dia.
Doa bersama sebelum pemakaman ini diperuntukkan bagi Mamadou Tanou Barry, 42 tahun; Ibrahima Barry, 39 tahun; dan Azzedine Soufiane, 57 tahun.
Kedua Barry adalah warga Kanada dari Guinea. Sedangkan Soufiane pindah ke Kanada dari Moroko.
“Kita bertanggung jawab untuk melawan ketidakadilan dan diskriminasi dalam kehidupan sehari-hari. Ini adalah jalan yang mewakili kehidupan kita, rakyat Kanada, negara yang dicintai Azzedine Soufiane, Mamadou Tanou Barry dan Ibrahima Barry,” ujar Trudeau.
Pemakaman itu berselang sehari dengan pemakaman bagi ketiga korban lain yang diselenggarakan di Kota Montreal.
Trudeau mengejutkan hadirin di Maurice-Richard Arena, Montreal, karena mengucapkan assalaamualaikum sebelum menyampaikan pidatonya. Tepuk tangan gemuruh menyambut salamnya itu.
Pemimpin Partai Liberal ini berdiri di dekat peti jenazah Abdelkrim Hassane, Khaled Belkacemi dan Aboubaker Thabti, yang tertutup bendera Kanada.
Thabti, 44 tahun adalah apoteker asal Tunisia dengan tiga anak.
Belkacemi, 60 tahun, adalah ayah dua anak asal Aljazair. Ia juga profesor di Universite Laval.
Hassane, 41 tahun juga berasal dari Aljazair. Ayah tiga anak ini bekerja untuk pemerintah Provinsi Quebec.
Keenam korban tewas saat Alexandre Bissonnette, 27, memasuki masjid dan menembaki jemaah yang sedang salat Isya. Selain korban tewas, sebanyak 19 orang lainnya terluka.
Bissonnette telah didakwa atas pembunuhan dan rencana pembunuhan. Mahasiswa ini ternyata teroris kulit putih yang menggemari Presiden Amerika Serikat Donald Trump serta tokoh ekstrimis Prancis Marine Le Pen.
THE TORONTO STAR | DAILY MAIL | AP | SITA PLANASARI AQUADINI