TEMPO.CO, Yogyakarta- Gedung Putih telah mengeluarkan ultimatum kepada lebih dari 100 diplomat Amerika Serikat di seluruh dunia agar memahami perintah Presiden Donald Trump. Ultimatum untuk menanggapi laporan yang beredar bahwa lebih dari 100 diplomat AS telah menandatangani petisi untuk menolak dan mengkritik pembatasan imigrasi baru Presiden Trump.
Juru bicara Gedung Putih, Sean Spicer mengatakan para diplomat yang tidak mengerti mengapa atau bagaimana larangan perjalanan Presiden Trump untuk membuat Amerika menjadi tempat yang aman akan diwajibkan mengikuti program pelatihan. Jika para diplomat itu menolaknya, maka akan dipecat.
Baca juga:
Demi Keamanan, Polisi Dubai Dukung Kebijakan Donald Trump
Iran Uji Coba Rudal, Gara-gara Trump Larang Warganya ke AS?
"Semua diplomat harus mendalami tentang kebijakan Presdien Donald Trump tentang larangan imigran dari beberapa negara Islam, jika tidak maka wajib mengikuti program pelatihan atau silahkan pergi," kata Spicer, seperti yang dilansir BBC pada 30 Januari 2017.
Dalam pesan tersebut, para diplomat menyatakan penentangan mereka terhadap keputusan yang ditandatangani Trump pada Jumat pekan lalu yang melarang warga Libya, Sudan, Somalia, Suriah, Irak, Yaman dan Iran masuk ke AS selama 90 hari.
Penandatangan dokumen yang diterbitkan oleh beberapa media, menunjukan bahwa para diplomat tersebut menyebutkan tujuh negara yang terkena dampak menganggap bahwa larangan tersebut telah termotivasi oleh agama.
Petisi itu diserahkan kepada sebuah badan yang disebut "saluran Perbedaan." Saluran tersebut aktif semasa perang Vietnam (1955-1975) agar staf dapat mengekspresikan ketidakpuasan mereka dengan sistem diplomasi AS tanpa takut dipecat, dan dokumen harus menerima tanggapan resmi dalam waktu antara 30 dan 60 hari.
BBC|ECONOMIC NEWS|NEW YORK TIMES|YON DEMA